Todaynews.id, Jakarta – Timnas Basket Putra sudah tampil maksimal ketika menjamu Thailand di Indonesia Arena, minggu (24/11). Bermain dalam lanjutan Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025, Indonesia dipaksa takluk 71-112.
Bagi Indonesia, ini adalah kekalahan kedua atas Thailand sekaligus hasil minor keempat mereka di fase ini. Sebelumnya, Pasukan Merah Putih takluk kepada Thailand 56-73 di Nimibutr Stadium, Thailand, pada 22 Februari 2024.
Selain dari Thailand, Indonesia juga kalah dari Australia 51-106 pada 25 Februari 2024 dan akui keunggulan Korea Selatan 78-86 pada 21 November 2024.
Atas hasil ini, Indonesia berada di peringkat keempat Klasemen Grup A dengan 4 angka. Kemudian Thailand ada di posisi ketiga dengan 6 poin. Adapun posisi satu dan dua diisi Australia dan Korea Selatan.
Dengan catatan ini, peluang Indonesia tipis ke FIBA Asia Cup 2025 Arab Saudi. Jika ingin ke Arab Saudi harus bisa memaksimalkan dua laga sisa, melawan Australia dan Korea Selatan.
Di saat yang sama, berharap Thailand dan Korea Selatan kalah di sisa laga mereka. Ini karena Australia yang kini koleksi 8 poin memiliki peluang kuat ke FIBA Asia Cup 2025 secara langsung.
Meski peluang tipis, Pelatih Timnas Basket Putra Johannis Winar tidak patah arang. Dia siapkan rencana akan berjuang di dua laga sisa untuk menjaga kans ke FIBA Asia Cup 2025 meskipun harus melewati jalur ronde kedua.
“Bicara peluang, ke depan kita harus punya line up lebih baik. Ini karena lawan kita lebih tangguh. Korea dengan diperkuat pemain naturalisasinya dan Australia juga kuat,” terang Coach Ahang, sapaan karib Pelatih Johannis Winar.
Melihat kualitas lawan ke depan, Coach Ahang menekankan permainan kolektif melawan mereka. Juga mencari pemain yang lebih baik lagi dari komposisi yang ada saat ini.
“Kita cari materi lebih baik. Size lebih baik lagi. Kita harus punya defense bagus supaya bisa fase break karena kekuatan kita ada di fast break,” ujarnya.
Coach Ahang menyebut, kekalahan dari Thailand di pertandingan ini karena Indonesia kalah di permainan tidak bisa jalankan tiga hal. 3 hal itu adalah mengontrol offensive rebound, turn over, dan fast break.
Menurut dia, jika tidak bisa mengamankan tiga situasi ini, sulit bagi timnya menang. Ini karena Thailand unggul di postur bigman.
“Mereka bermain dengan dua big man. Saya sudah ingatkan pemain untuk tidak boleh membiarkan mereka menerima bola dengan mudah. Para pemain sudah berusaha tapi memang sulit dengan keunggulan mereka itu,” terang Coach Ahang.
Pertandingan ini berlangsung seru sejak awal. Indonesia yang tampil menggebrak sejak menit awal sukses membuka keran poin melalui free throw Anthony Beane Jr. Unggul 1-0 mampu dikejar Thailand usai kedudukan menjadi 1-4. Namun pemain Indonesia bisa samakan kedudukan 4-4 melalui three point Antho Beane.
Sempat menjauh di angka 12-7, kembali mampu dikejar Thailand hingg akhirnya di kuarter pertama Indonesia tertinggal 21-26.
Memasuki kuarter kedua, Thailand mampu menjauh di angka 21-32. Tembakan tiga angka Brandon Jawato membuat Indonesia mampu reduksi poin menjadi 24-32. Namun ketangguhan Thailand di bawah ring membuat mereka unggul 42-58 di half time.
Kemudian memasuki kuarter ketiga, agresifitas Thailand tidak bisa dibendung. Mereka sukses menambah 36 poin berbanding 18 dari Indonesia sehingg pertandingan kuarter ketig milik Thailand dengan kedudukan 60-94.
Di kuarter akhir, Indonesia menambah 11 angka sementara Thailand produksi 18 poin sehingga pertandingan berakhir dengan kedudukan 71-112.
Abraham Damar Grahita mencetak poin terbanyak untuk Indonesia dengan catatan 23 poin, 3 rebound, dan 3 asis. Disusul kemudian Brandon Jawato dengan 16 poin, 10 rebound dan 3 asis. Adapun dari Thailand ada Frederick Lee Jones dengan 31 poin, 9 rebound dan 7 asis.
Abraham Damar usai pertandingan mengatakan bahwa meski kalah namun ada progres dari pertandingan ini. Secara kolektif saat offense lebih besok ketimbang melawan Korea Selatan. Hanya saja, gelombang serangan Thailand tidak mampu dibendung pemain Timnas.
“Mungkin scouting report Thailand bagus setelah melihat ada keunggulan dari mereka kemudian mengeksploitasinya,” jelas Abraham.
Sementara itu, Pelatih Thailand Eduard Torres mengakui bahwa pihaknya melakukan pemantauan permainan Indonesia saat melawan Korea Selatan. Setelah melihat celah, dia kemudian memutuskan memaksimalkan momentum tersebut.
“Kami memasok bola sebanyak mungkin ke dalam karena kami punya keunggulan di paint. Martin dan Chanatip bisa menguasai area itu dengan tidak hanya menyelesaikan proses serangan, tapi juga saat membangun serangan dari bawah ring,” jelas Torres.(sat)