Todaynews.id – Union Bank of Switzerland (UBS) Group baru-baru ini dilaporkan telah menyetujui membeli saham Credit Suisse Group melalui kesepakatan bersejarah yang ditengahi pemerintah. Pengambilalihan itu untuk mengatasi krisis kepercayaan yang mulai menyebar ke seluruh pasar keuangan global.
Seperti diberitakan Bloomberg, UBS membayar tiga miliar franc atau 3,3 miliar dollar AS untuk bank saingannya itu untuk semua saham termasuk jaminan pemerintah yang luas dan ketentuan likuiditas. Harga per saham menandai penurunan 99 persen dari puncak Credit Suisse pada tahun 2007.
Sebelumnya, Bank Nasional Swiss menawarkan bantuan likuiditas 100 miliar franc kepada UBS, sementara pemerintah memberikan jaminan 9 miliar franc untuk potensi kerugian dari aset yang diambil alih UBS. Regulator Finma mengatakan sekitar 16 miliar franc obligasi Credit Suisse akan menjadi tidak berharga untuk memastikan investor swasta membantu menanggung biayanya.
Negosiasi yang terburu-buru pada akhir pekan itu diupayakan untuk mengatasi arus keluar dana nasabah, dan penurunan besar-besaran harga saham dan obligasi Credit Suisse selama seminggu terakhir setelah jatuhnya pemberi pinjaman AS yang lebih kecil.
“Sangat penting bagi kami untuk bertindak cepat dan menemukan solusi secepat mungkin mengingat Credit Suisse adalah bank yang penting dan sistemik,” kata Presiden Bank Nasional Swiss, Thomas Jordan.
Seperti halnya Bank Sentral Eropa, Federal Reserve dan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) menyambut baik kesepakatan itu karena kedua bank asal Swiss beroperasi luas di AS.
Ketua UBS, Colm Kelleher, mengatakan dia akan memangkas bank investasi Credit Suisse, unit yang telah merugi dalam beberapa tahun terakhir, kemungkinan mengakhiri impian spin-off CS First Boston. Bank Universal Swiss, satu-satunya bisnis Credit Suisse yang tetap menjadi benteng stabilitas, diharapkan tetap dipertahankan UBS meskipun ada kekhawatiran tentang konsentrasi di pasar domestik.
“Izinkan saya menjelaskan secara spesifik, UBS bermaksud untuk mengurangi bisnis perbankan investasi Credit Suisse dan menyelaraskannya dengan budaya risiko konservatif kami,” kata Kelleher.
Menurut Kelleher, jaminan kerugian pemerintah diperlukan karena hanya ada sedikit waktu untuk melakukan uji tuntas dan Credit Suisse memiliki aset yang sulit dinilai dalam pembukuannya yang rencananya akan dihentikan oleh UBS.
Pengambilalihan pemberi pinjaman berusia 166 tahun itu menandai peristiwa bersejarah bagi bangsa dan keuangan global. Bekas Schweizerische Kreditanstalt itu didirikan oleh industrialis Alfred Escher pada 1856 untuk membiayai pembangunan jaringan kereta api negara pegunungan itu.
Bank telah tumbuh menjadi kekuatan global yang melambangkan peran Swiss sebagai pusat keuangan global, sebelum berjuang untuk beradaptasi dengan lanskap perbankan yang berubah setelah krisis keuangan.
Pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, yang diminta pendapatnya, mengatakan pengambilalihan bank rentan oleh bank lain sudah tepat, karena akan mencegah rush dan menjaga agar dampak psikologis tidak meluas. Langkah tersebut juga tidak sampai mengusik keuangan negara.
Saham di bursa Eropa merosot pada awal perdagangan Senin (20/3), dengan saham Credit Suisse anjlok lebih dari 60 persen setelah UBS setuju untuk membeli bank bermasalah itu senilai 3,23 miliar dollar AS. Pelaku pasar menyatakan nilai pembelian hanya sebagian kecil dari nilai pasarnya, sehingga memicu kekhawatiran krisis perbankan yang lebih luas.
Pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Achmad Maruf, mengatakan krisis perbankan global merupakan puncak gunung es dari ancaman krisis ekonomi dan krisis moneter dunia.
“Ini baru triwulan pertama. Apa yang dikhawatirkan sejak tahun lalu terbukti, yang tampak kuat, ternyata keropos dan manipulatif sehingga tidak mampu menghadapi perubahan kenaikan suku bunga Fed,” kata Maruf.
Makanya, Bank Indonesia (BI) dan juga OJK tidak boleh terlalu percaya diri dengan mengatakan Indonesia baik-baik saja. (sat)