TODAYNEWS.ID – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) siapkan stimulus sektor padat karya imbas kebijakan tarif impor baru pemerintah AS terhadap Indonesia.
Donald Trump yang merupakan Presiden Amerika Serikat (AS) ini mengeluarkan tarif resiprokal atau timbal balik yang dikenakan kepada Indonesia sebesar 32 persen.
Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi mengaku telah menyiapkan stimulus dengan tujuan untuk menyelamatkan industri padat karya di Jabar.
“Saya meyakini betul industri padat karya akan bertahan di Jawa Barat,” ujar Dedi Mulyadi di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (8/4/2025).
Saat ini, lanjutnya, Pemprov Jabar tengah membangun percepatan regulasi perizinan untuk industri-industri padat karya.
“Termasuk nanti kita akan berdiskusi juga dengan pemerintahan pusat agar mereka terlindungi dengan baik,” tuturnya.
Dengan alasan itu, Dedi Mulyadi alias KDM belum merinci soal stimulus yang akan dilakukan kepada industri padat karya nantinya.
“Nanti kita rumusin. Itu tim ekonomi kita yang akan bekerja. Saya sudah ada tapi nggak boleh saya ungkapkan sekarang,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Barat, Nining Yuliastiani mengatakan dalam kurun waktu 2022-2024, neraca perdagangan Jawa Barat terhadap Amerika Serikat mengalami surplus.
“Terbesar pada 2022, dan pada tahun 2024 nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan tahun 2023,” terang Nining.
Berdasarkan data BPS pada 2022, surplus perdagangan Jabar terhadap AS mencapai USD 7.005.016 juta, sementara ekspornya mencapai USD 7.458.617 juta, impor hanya USD 453.600 ribu.
Kemudian pada 2023, surplus perdagangan mencapai USD 5.717.712 juta, ekspor USD 6.234.729 juta, dan impor USD 517.017 ribu. Sementara, di tahun 2024, surplus USD 5.898.263 juta, ekspor USD 6.338.122 juta, dan impor hanya USD 439.859 ribu.
Impor Meningkat, Permintaan Menurun
Ia khawatir, tarif baru tersebut nantinya akan membuat nilai impor meningkat dibandingkan ekspor ke AS, dan akhirnya membuat permintaan menurun.
“Permintaan terhadap Produk Indonesia di AS bisa menurun, terutama pada sektor tekstil, alas kaki, dan otomotif. Sedangkan, Jabar merupakan provinsi yang mempunyai potensi ekspor di sektor tersebut,” katanya.
Selain itu, Indonesia berpotensi besar akan dibanjiri produk impor, karena menjadi target negara pesaing yang terkena tarif masuk lebih tinggi ke pasar Amerika Serikat. Kendati demikian, Nining mengungkapkan ada beberapa peluang yang bisa dimanfaatkan.
Hal ini, dikarenakan, kata Nining, barang asal Indonesia atau Jawa Barat khususnya masuk ke Amerika Serikat yang dikenakan tarif sebesar 32 persen, bisa mempunyai daya saing di Pasar AS karena lebih rendah dari China yang terkena Tarif 34 persen.
“Bahkan lebih kecil dari Thailand sebesar 36 persen atau Srilangka yang terkena 44 persen, Vietnam yang terkena 46 persen, dan kamboja yang terkena 49 persen,” ucapnya.
Di sisi lain, Pemprov Jabar juga bisa memanfaatkan mitra dagang Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS). Di mana Indonesia kini sudah menjadi anggota penuh dari blok ekonomi tersebut. Menurut Nining, hal itu bisa lebih dimaksimalkan apalagi kontribusinya cukup besar dalam perdagangan global.
“Meningkatkan optimalisasi dagang dengan mitra negara lainnya seperti BRICS dimana blok tersebut berkontribusi hingga 40 persen nilai perdagangan global,” tandasnya.
78 Total Count