Anggota DPR RI Fraksi Gerindra Azis Subekti. Foto: TODAYNEWS/DhanisTODAYNEWS.ID – Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra Azis Subekti, mengatakan pentingnya membangun fondasi industrialisasi modern untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada tahun 2045.
Menurutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah menempatkan transformasi ekonomi sebagai agenda utama, dengan tujuan membangun struktur ekonomi yang lebih produktif, mandiri, dan berdaya saing.
“Dalam RPJMN ditegaskan bahwa pembangunan industri harus diarahkan pada pendalaman struktur industri dan peningkatan nilai tambah dalam negeri. Ini berarti Indonesia tidak cukup hanya menjadi pasar atau perakit akhir, tetapi harus terlibat lebih dalam pada rantai nilai global,” kata Azis, Senin (29/12/2025).
Azis mengatakan, bahwa RPJMN juga menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian fiskal dan kebijakan yang realistis. Karena itu, strategi semikonduktor Indonesia harus diarahkan pada penguatan segmen industri yang sesuai dengan kemampuan nasional.
“Dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, pemerintah dan DPR telah berulang kali menegaskan bahwa masa depan ekonomi Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada ekspor bahan mentah dan konsumsi semata,” ujar Azis.
Menurut Azis, arah ini sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045, yang menargetkan Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dengan industri maju, sumber daya manusia unggul, dan ketahanan ekonomi yang kuat.
“Dalam konteks inilah pembahasan tentang semikonduktor menjadi relevan—bukan sebagai isu teknologi elitis, tetapi sebagai fondasi industrialisasi modern,” ucapnya.
Azis menilai semikonduktor adalah “otak” dari hampir seluruh aktivitas ekonomi saat ini, seperti chip yang ada di ponsel, kendaraan, mesin pabrik, hingga sistem layanan publik.
“Ketika pasokannya terganggu, industri melambat, harga naik, dan lapangan kerja terancam. Krisis chip global 2020–2022 menjadi pengingat bahwa ketergantungan penuh pada impor komponen strategis bertentangan dengan arah RPJMN yang menekankan ketahanan industri nasional,” pungkasnya.
Karena itu, kata Azis, perlu langkah nyata untuk memperkuat kemandirian ekonomi nasional, mempercepat industrialisasi, dan menciptakan lapangan kerja berkualitas yang selaras dengan Program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Dalam kerangka tersebut, semikonduktor dipandang bukan sebagai simbol kemajuan teknologi semata, tetapi sebagai instrumen untuk memperluas basis industri dan memperkuat daya saing nasional.
“Inilah implementasi konkret dari amanat RPJMN tentang pengembangan industri manufaktur dan kawasan industri,” tandasnya.
“Agenda hilirisasi yang menjadi pilar RPJMN dan juga ditegaskan dalam Asta Cita menemukan relevansinya di sini. Indonesia memiliki nikel, tembaga, dan timah—material penting bagi industri elektronik,” demikian Aziz yang juga Anggota DPR Komisi II itu.