x

Respons Tarif Impor Trump, Ekonom Dorong Indonesia Perluas Pasar Ekspor

waktu baca 3 menit
Jumat, 23 Mei 2025 12:40 116 Akbar Budi

TODAYNEWS.ID – Senior Chief Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia Fitra Faisal menyebutkan, kebijakan tarif impor Presiden AS, Donald Trump menjadi bahan pertimbangan bagi Indonesia untuk tetap menumbuhkan perekonomian dalam negeri.

“Tarif adalah subjektif, sehingga untuk menekan tarif, kita perlu menekan defisit,” katanya dalam diskusi bertajuk Turmoil & Opportunity: Strategic Investment Discussion During Uncertainty di Menara Imperium, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (22/5/2025).

Selain itu, Indonesia juga bisa membuka ruang negosiasi dengan Amerika Serikat atas kebijakan tarif impor Presiden Trump.

“Melakukan tawar-menawar, bernegosiasi dengan benar,” ujarnya.

Dia menyampaikan, Indonesia memiliki peluang untuk bernegosiasi dengan AS. Sebab, Indonesia masih membutuhkan impor untuk komoditas tertentu.

“Kita perlu membeli banyak produk, peralatan pertahanan, kedelai, gandum, dan sebagainya,” katanya.

Apalagi, kata dia, Indonesia sedang menggali lebih jauh soal sumber daya mineral dalam negeri yang dimiliki.

Dia mengatakan, kebijakan tarif impor Trump akan memberi dampak terhadap kegiatan impor Indonesia. Menurutnya, tarif impor yang ideal sebesar 10 persen.

“Berharap kita memilki tarif 10 persen ditambah beberapa tarif lainnya. Misalnya, dalam industri tekstil, (tarifnya) sebessr 20 hingga 37 persen,” jelasnya.

Sementara itu, Chief Economist Trimegah Securities, Fakhrul Fulvan mengatakan, dolar Amerika Serikat tanpa disadari terus menguat.

“Kita dalam tekanan dolar AS. Negara barat juga berasumsi bahwa dolar AS lebih kuat,” imbuhnya.

Dia menjelaskan, mata uang asing yang digunakan dalam transaksi internasional lebih besar menggunakan dolar AS.

“Dari pasar valuta asing ke pasar AS,” jelasnya.

Hal ini pun menjadikan perdagangan internasional khususnya di Amerika Serikat menjadi paling banyak dituju.

Dia juga menyoroti terkait pembelian perlatan pertahanan yang lebik banyak membeli dari Prancis. Padahal, peralatan pertahanan buatan Prancis lebih mahal jika dibandingkan Amerika Serikat.

“Peralatan pertahanan Prancis terlalu mahal. Secara rasional seharusnya mengalokasikan peralatan pertahanan kita dari Prancis ke AS,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Managing Director PT Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su memberikan gambaran terkait pertumbuhan ekonomi global saat ini.

Dia mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) global pada tahun 2024 sebesar 3,2 persen. Angka tersebut di luar dari prediksi sebelumnya yang hanya 2,8 persen.

“Jika Anda melihat pertumbuhan PDB global tahun lalu, itu adalah 3,2 persen,” katanya.

“Analis dan ekonom di dunia, mereka sebenarnya cukup diprediksi 2,8 persen,” jelasnya.

Dia mengatakan, PDB global tahun ini alami penurunan sebesar 0,6 persen. “Turun dari 3,2 persen tahun lalu, 2,6 persen tahun ini,” katanya.

Perekonomian China juga sedang mengalami guncangan. Sebab terjadi penurunan dari tahun 2024 ke 2025. “China tumbuh 5 persen tahun lalu, dan diperkirakan akan tumbuh 4,2 persen tahun ini,” jelasnya.

Melihat hal tersebut, kata dia, saat ini sedang terjadi ketidakpastian ekonomi global. Maka dari itu, Indonesia harus berupaya mencari jalan keluar agar ekonomi terus alami pertumbuhan.

Kata Harry, saat Indonesia harus memiliki daya saing agar negara-negara di dunia berminat untuk berinvestasi. Selain itu, Indonesia juga tidak berfokus pada pasar perdagangan AS. “Indonesia akan menjadi pasar baru,” katanya.

Post Views117 Total Count
LAINNYA
x