Kota Pekalongan – Tak ingin kehilangan Momentum Perayaan Hari Raya Imlek Tahun 2023, Museum Batik Pekalongan mendisplay sebuah koleksi kain khas warga tionghoa yakni Batuk Kelengan, pada jaman dahulu Batik kelengan banyak digunakan warga keturunan Thionghoa yang bermukim di Kota Pekalongan.
Batik kelengan ini mempunyai proses pewarnaan yang sederhana, yakni dengan menutup permukaan kain dengan malam menurut motif yang diinginkan, kemudian dicelup pewarna batik. Batik kelengan hanya memiliki dua warna dengan warna putih sebagai warna dasar kain dan warna biru yang banyak dibuat di Kota Pekalongan pada saat itu.
Kepala UPTD Museum Batik Pekalongan, Akhmad Asror mengungkapkan bahwa, seperti diketahui, batik khas Kota Pekalongan sejak dahulu mendapat banyak pengaruh motif maupun warna dari luar, salah satunya pengaruh budaya etnis peranakan Thionghoa. Dijelaskan Asror bahwa, batik kelengan ini biasa digunakan oleh masyarakat peranakan Thionghoa ketika sedang berkabung atau berduka.
“Kita pahami bersama bahwa Batik khas Pekalongan tidak lepas dari unsur Arwana (Arab Jawa Cina), begitu juga dengan Kain batik kelengan yang di display ini, dahulunya merupakan karya dari masyarakat Kota Pekalongan yang dulunya bertempat tinggal kawasan pecinan kota pekalongan yakni disekitar Jalan Belimbing, Sampangan, Kota Pekalongan,” ucap Asror.
Asror mengungkapkan, “belum lama ini, cucu dari sang pengrajin kain batik kelengan sempat berkunjung ke Museum Batik dan melihat secara langsung karya batik dari neneknya tersebut. Dimana, dahulunya sang nenek merupakan masyarakat Thionghoa yang dulunya bekerja memproduksi batik di Kota Pekalongan. Adapun Yang mendonasikan kain batik kelengan ini awalnya memang bukan dari keluarga dari pengrajinnya langsung. Koleksi kain batik kelengan ini sudah dibeli dan dibawa ke luar negeri. Kemudian, pada Tahun 2012 lalu, ada seorang warga Belanda bernama Sandra Niesen yang kebetulan ada tujuan datang ke Kota Pekalongan pada saat itu sekaligus menyumbangkan salah satu batik yang berasal dari Kota Pekalongan ini,” jelasnya.
Dengan di displaynya batik kelengan ini selain menambah koleksi kain batik di Museum Batik, juga sebagai tanda bahwa Batik Pekalongan itu multikultural. Dimana, banyak sekali kebudayaan yang mempengaruhi terciptanya kain batik yang indah khas Kota Pekalongan, salah satunya dari pengaruh budaya etnis peranakan Thionghoa yang ada di Kota Pekalongan pada saat itu yang tentu jumlahnya tidak sedikit dan memproduksi batik dari dulu hingga saat ini.
“Ini kita didisplay salah satu hasil karya dari pengrajin Thionghoa untuk memperliatkan bahwa Kota Pekalongan ini kaya akan budaya dan etnis yang dari dulu hingga sekarang masyarakatnya walaupun multikurtural tetap guyub rukun dan berdampingan satu sama lain,” pungkasnya.
Harapan kedepannya tentunya Batik bisa tetap terjaga dan dilestarikan keberadaannya karena Batik merupakan warisan budaya Indonesia, (Adi)