Bangka – Divisi Humas Mabes Polri sebagai pelaksana kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka kegiatan kontra radikal yang bertema “Terorisme Adalah Musuh Kita Bersama” di Aula Mapolres Bangka Tengah di Koba, Rabu (28/9/2022).
Kombes Erdi Chaniago dari Divisi Humas Mabes Polri mengatakan kedatangan pihaknya ke Bangka Tengah sebagai upaya pencegahan paham radikalisme dan memberikan ketahanan terkait bahayanya paham radikalisme dan terorisme di Indonesia.
“Tujuan kami datang ke Bangka Tengah ini insyaallah sangat bermanfaat, di mana kita harus mengetahui bahwa pentingnya komitmen bersama dalam menjaga keutuhan negara Republik Indonesia, hal ini mengingat aksi-aksi terorisme yang selama ini merugikan banyak pihak dan menjadi perhatian khusus kita semua,” ujarnya.
Diketahui banyaknya pelaku terorisme yang masuk secara tidak langsung ke generasi muda, Kombes Erdi mengatakan pihaknya terus melakukan edukasi dari usia dini, TK, SD, SMP hingga SMA sederajat.
“Upaya yang dilakukan terkait bahaya radikalisme dan terorisme ini sudah kita lakukan dari tingkat usia dini, TK, SD, SMP dan SMA sederajat yang bekerja sama dengan Dinas Pendidikan di seluruh Indonesia termasuk Kabupaten Bangka Tengah,” jelasnya.
“Masalah terkait radikalisme dan terorisme, bukanlah semata-mata tanggung jawab polri saja yang terlibat, tapi semua stakeholders yang ada dan juga lembaga pemerintahan,” tambahnya.
Sementara itu, Ustadz Muhammad Sofyan Tsauri yang merupakan narasumber kegiatan FGD mengungkapkan bahwa agama memang kerap menjadi inspirasi dan motif dari pelaku terorisme di Indonesia.
“Kalau tidak ada motivasi agama dalam diri seseorang, orang tidak akan mau berbuat aksi menyimpang seperti yang dilakukan pelaku terorisme dan sebenarnya bukan agamanya yang salah, melainkan cara orang menafsirkan agama yang salah,” ungkapnya.
“Motif mereka ini membenarkan perilaku yang sebenarnya salah dengan mengatasnamakan agama serta memainkan ayat-ayat yang ada dikitab suci, padahal yang dilakukan tersebut tidak mewakili agama manapun, maka dari itu, perlunya pembekalan terkait bahaya radikalisme dan terorisme agar masyarakat waspada,” lanjutnya.
Kemudian ia menyebutkan, aksi terorisme ini tidak ada kaitannya dengan semua agama manapun, baik itu di Indonesia maupun di luar negeri.
“Indonesia ini mayoritasnya agama Islam karena itulah mereka berani melakukannya. Berbeda dengan di luar negeri, aksi terorisme dilakukan kepada dengan agama hindu, kristen dan agama lainnya. Yang perlu diketahui aksi seperti ini tidak ada dalam ajaran dari agama manapunmanapun,” tutupnya. (sat)