x

Bahas Ancaman Perubahan Iklim, BMKG dan Kementerian PU Perkuat Kolaborasi Lintas Sektor

waktu baca 3 menit
Sabtu, 27 Sep 2025 18:31 2 Dhanis Iswara

TODAYNEWS.ID – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa data global maupun nasional telah menunjukkan tren peningkatan suhu yang signifikan sejak 1975.

Hal itu disampankan Dwikorita saat menerima kunjungan Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti di kantor BMKG, pada Sabtu (27/9/2025).

Adapun pertemuan ini menjadi momentum strategis kedua lembaga negara untuk membahas tantangan besar yang akan dihadapi Indonesia ke depan, khususnya terkait dampak perubahan iklim terhadap infrastruktur pekerjaan umum.

“Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, dengan kenaikan suhu global mencapai 1,55°C di atas periode pra-industri. Dampaknya, frekuensi dan intensitas banjir maupun kekeringan semakin ekstrem dan menimbulkan krisis air di banyak wilayah,” ujar Dwikorita.

Dwikorita memaparkan bahwa jika laju pemanasan global gagal ditekan, maka Indonesia berisiko menghadapi kerawanan pangan serius pada 25 tahun mendatang.

Food and Agriculture Organization (FAO), lanjut dia, memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang akibat krisis air sebagai dampak perubahan iklim.

“Kita tidak bisa hanya fokus pada mitigasi bencana, tapi juga memastikan infrastruktur ke depan mampu menjawab ancaman krisis pangan dan ketersediaan air. Perencanaan bendungan, irigasi, hingga tata kelola sumber daya air harus berbasis data iklim terbaru,” tegasnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto,mengungkapkan bahwa Indonesia tengah menghadapi tantangan besar dari alam, seperti kemunculan bibit dan siklon tropis bukan sekadar fenomena meteorologis biasa, melainkan membawa dampak nyata di berbagai wilayah.

Data BMKG menunjukkan bahwa setiap tahun hujan harian maksimum terus mengalami peningkatan, dan di kawasan seperti Puncak serta Bali, curah hujan ekstrem telah memicu banjir bandang, longsor, hingga kerusakan infrastruktur.

“Ini bukan sekadar angka statistik, melainkan alarm nyata bahwa kita harus segera bertindak,” ujarnya.

“Cuaca ekstrem bukan hanya ancaman masa depan, tetapi kenyataan hari ini. Karena itu, mari kita ubah cara kita membangun dan merawat lingkungan, sebab alam tidak menunggu,” tambahnya.

Sedangkan, Wamen PU Diana Kusumastuti, menyatakan bahwa paparan BMKG tersebut sebagai masukan penting bagi Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Ia menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur harus benar-benar memperhitungkan perubahan pola curah hujan, potensi longsor, dan risiko kekeringan.

“Informasi dari BMKG sangat relevan untuk perencanaan irigasi, bendungan, hingga pengendalian banjir. Jika ancaman kekeringan meningkat, maka kita harus memastikan pembangunan irigasi dan bendungan dilakukan tepat sasaran,” ujarnya.

“Demikian juga terkait banjir, perlu peningkatan operasi dan pemeliharaan agar sedimentasi tidak mengganggu fungsi sungai dan jembatan,” lanjut Wamen PU.

Selain itu, Wamen PU juga menyoroti pentingnya penguatan konstruksi infrastruktur terhadap bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, longsor, serta risiko terhadap fondasi jembatan akibat luapan sungai.

“Standar SNI, desain jembatan, serta sistem peringatan dini harus terus diperbarui agar lebih adaptif terhadap dinamika iklim,” imbuhnya.

Pertemuan ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara BMKG dan Kementerian PU. Dengan data dan prediksi iklim yang akurat, diharapkan setiap pembangunan infrastruktur dapat lebih siap menghadapi risiko perubahan iklim, sekaligus mendukung ketahanan pangan dan air nasional.

Post Views3 Total Count

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Pilkada & Pilpres

    INSTAGRAM

    24 hours ago
    24 hours ago
    1 day ago
    1 day ago

    LAINNYA
    x
    x