TODAYNEWS.ID – Di penghujung bulan Agustus 2025, saat Republik Indonesia merayakan ulang tahun ke-80, negeri ini justru mengalami kulminasi konflik antara rakyat dan pemerintah, yang menguras emosi.
Dimulai dari protes massa di depan Gedung DPR RI mulai tanggal 25 Agustus terhadap kenaikan tunjangan anggota DPR-RI sebesar Rp 50 juta per bulan dan perilaku maupun komentar anggota DPR yang kontroversial dan terkesan sangat tidak sensitif saat rakyat berjuang di tengah kesulitan ekonomi saat ini.
Disusul tragedi tewasnya Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang terlindas oleh kendaraan taktis Brimob di tengah demonstrasi di depan gedung DPR-RI pada tanggal 28 Agustus 2025.
Setelah itu tampak nyata meluas dan tereskalasinya bentrokan ke seluruh tanah air. Aparat dan massa saling melakukan kekerasan satu sama lain. Ini memakan lebih banyak korban dan memicu perusakan berbagai fasilitas umum.
Di Makassar, setidaknya tiga orang tewas dalam pembakaran gedung DPRD oleh massa. Mobil-mobil terbakar, bangunan dijebol, dan penjarahan terjadi di berbagai titik, ujaran kebencian dan sentimen SARA mulai didengungkan.
Di Jawa Tengah sendiri, selama tanggal 29-31 Agustus 2025, tercatat ratusan orang termasuk anak-anak, perempuan dan disabilitas dipukul dan ditangkap secara sporadis tanpa prosedur hukum yang jelas dan akses bantuan hukum memadai.
Tanggal 31 Agustus 2025, Presiden bersama ketua DPR bersama-sama menyampaikan ke publik suatu respons yang berusaha menyerap aspirasi publik. Ada janji untuk menghormati kebebasan berpendapat dan berbicara di depan umum, memangkas privilese keuangan DPR, mendisiplin anggota DPR dan aparat yang bersalah.
Para pemuka agama/kepercayaan di Jawa Tengah dan semua elemen yang tergabung dalam Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) menyadari bahwa letupan mencekam di akhir bulan Agustus 2025 ini mencerminkan ada akumulasi kekecewaan dan amarah di tengah masyarakat.
Ibarat bisul, akumulasi itu bisa meletus sewaktu-waktu dan membahayakan keselamatan seluruh bangsa dan negara jika tidak disikapi secara bijaksana dengan perbaikan fundamental pemerintahan, agar tercapai rekonsiliasi dan harmoni sejati, dan agar Indonesia menjadi bangsa yang sepenuhnya merdeka.
Oleh karena itu, menyikapi seluruh perkembangan situasi ini, Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) menyampaikan sikap dan seruan moral sebagai berikut:
1. Mengapresiasi respons Presiden bersama DPR, MPR, dan DPD yang telah berusaha menyerap aspirasi dan menenangkan rakyat.
2. Hendaknya seluruh jajaran pemerintah – baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif – selalu mengeluarkan kebijakan publik yang berpihak kepada kebutuhan dan perasaan rakyat berbasis proses partisipatif dan prasangka baik pada warganya sendiri.
3. Hendaknya aparat senantiasa menghindari tindakan represif dan penggunaan kekuatan yang berlebihan dalam menghadapi warga sipil, mengedepankan pendekatan persuasif saat warga sipil menyampaikan aspirasi, mengikuti prosedur hukum dan memenuhi hak bantuan hukum serta pemulihan psikologis, terutama kepada kelompok rentan seperti perempuan, anak, dan kelompok disabilitas.
4. Hendaknya mahasiswa dan semua elemen masyarakat yang berunjuk rasa fokus pada penyampaian aspirasi yang efektif dan tanpa kekerasan, serta berhati-hati untuk provokasi dari mana pun yang mengarahkan pada tindakan destruktif.
5. Mengecam siapa pun yang melakukan aksi destruktif dan memprovokasi rakyat yang sedang menyampaikan aspirasi sehingga melakukan penjarahan, perusakan, atau kekerasan yang menyakiti manusia, sesama makhluk hidup, dan alam/lingkungan.
6. Hendaknya semua pemimpin/pemuka agama dan kepercayaan untuk segera merespons kegelisahan masyarakat, bergerak bersama umat masing-masing untuk menjadi suara moral demi sejuknya masyarakat dan kemajuan bangsa dan negara dengan hati nurani yang bersih dan akal sehat yang jernih.
7. Hendaknya umat dan masyarakat luas agar peduli, saling jaga, saling mendoakan agar negeri kita ini semakin maju, damai dan sejahtera.
Sebagai wujud nyata, seluruh pemuka agama/kepercayaan dan elemen di jaringan Persaudaraan Lintas Agama (Pelita) akan bersatu dengan masyarakat Jawa Tengah, turut mengupayakan kedamaian masyarakat dan kemajuan bangsa Indonesia.