x

Warisan Ciputra yang Tak Pernah Mati: Golf, Mimpi, dan Anak Muda Indonesia

waktu baca 2 menit
Rabu, 6 Agu 2025 16:55 18 Afrizal Ilmi

TODAYNEWS.ID — Di balik hamparan hijau Damai Indah Golf, BSD, lebih dari sekadar turnamen akan digelar. Pada 20–23 Agustus 2025 nanti, Ciputra Golfpreneur Tournament bukan hanya menjadi agenda kompetisi, tetapi juga saksi hidup dari sebuah mimpi besar—mimpi Ciputra tentang masa depan golf Indonesia.

Nama Ciputra selama ini dikenal luas sebagai pengusaha properti visioner. Namun, tak banyak yang tahu bahwa di balik proyek-proyek raksasa, ia menyimpan cinta yang mendalam pada dunia golf. Cinta itu tumbuh menjadi komitmen, lalu menjelma menjadi warisan.

Ciputra percaya, golf bukan sekadar olahraga kaum elit. Baginya, golf adalah ruang pembentukan karakter, ajang pembuktian mental, dan jalan menuju prestasi kelas dunia. Ia ingin anak-anak muda Indonesia punya panggungnya sendiri, tanpa harus menunggu panggilan dari luar negeri.

“Pak Ciputra ingin agar banyak pegolf Indonesia mampu bersaing di tingkat Asia dan dunia,” ujar Budiarsa Sastrawinata, menantu Ciputra sekaligus pendiri Ciputra Golfpreneur Foundation. Lewat yayasan itulah, cita-cita besar itu terus dihidupkan.

Yayasan ini berdiri pada 2020, setahun setelah Ciputra berpulang. Melalui tangan keluarga, warisan Ciputra diterjemahkan menjadi program nyata: pelatihan di lapangan milik keluarga, bantuan finansial, hingga pembinaan karakter untuk para pegolf muda terpilih.

Beberapa dari mereka kini bersaing di ajang Asian Development Tour (ADT) dan Asian Tour. Ada pula yang mendapat beasiswa ke Amerika Serikat untuk kuliah sambil bertanding di NCAA, liga bergengsi tingkat universitas.

Ciputra Golfpreneur Tournament adalah ujung tombak dari semua itu. Tidak seperti turnamen lain yang mengejar gengsi besar, Budiarsa memilih ADT agar pintu kesempatan terbuka lebih lebar bagi pegolf muda lokal.

“Kami menggelar turnamen berkelas ADT, bukan Asian Tour, karena ingin lebih banyak pegolf muda yang ikut bersaing di tingkat internasional,” jelasnya. Dan kini, turnamen itu memasuki edisi ke-10 dengan total hadiah tertinggi dalam sejarah penyelenggaraan: USD150.000 atau setara Rp2,43 miliar.

Namun di balik semua itu, bukan angka yang jadi tujuan utama. Yang lebih penting adalah proses panjang yang dilalui para atlet muda. Dari memegang stik pertama, memukul bola dengan ragu, hingga percaya diri berdiri di hadapan lawan dari berbagai negara.

Lapangan bukan lagi sekadar tempat bertanding, tetapi medan lahirnya mimpi. Di sana, cita-cita Ciputra bergema lewat semangat setiap anak muda yang tidak takut bermimpi besar.

Kini, meski Ciputra telah tiada, namanya terus tumbuh di hati mereka yang ia percayai: para pegolf muda Indonesia. Warisannya bukan hanya lapangan atau bangunan, tapi tekad untuk menjadikan Indonesia bukan sekadar tuan rumah, tapi juga juara di rumah sendiri.

Post Views19 Total Count

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Iklan

    Pilkada & Pilpres

    INSTAGRAM

    60 minutes ago
    3 hours ago
    7 hours ago
    7 hours ago

    LAINNYA
    x