Anggota Komisi IV DPR RI Slamet. Foto: Dok Fraksi PKS TODAYNEWS.ID – Anggota Komisi IV DPR RI Slamet, memberikan apresiasi atas arah kebijakan pangan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang menunjukkan komitmen kuat terhadap visi kedaulatan pangan sebagaimana tertuang dalam Asta Cita.
Menurut Slamet, dalam satu tahun pertama pemerintahan Prabowo, berbagai indikator menunjukkan hasil positif di bidang produksi, kesejahteraan petani, serta stabilisasi pasokan pangan.
“Peningkatan alokasi anggaran ketahanan pangan yang mencapai Rp155,2 triliun pada tahun 2025 dan diproyeksikan naik menjadi Rp164 triliun pada tahun 2026 merupakan bukti nyata keseriusan pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional,” kat Slamet, Sabtu (18/10/2025).
Ia menambahkan, berbagai kebijakan dan instrumen pengendalian pasar juga telah memperkuat upaya menjaga stabilitas harga serta ketersediaan pangan, terutama beras, baik di tingkat petani maupun konsumen.
“Presiden Prabowo telah menunjukkan langkah nyata dalam mengembalikan marwah pelestarian pangan berpihak pada petani, nelayan, dan peternak,” ujar Slamet.
Data terbaru menunjukkan produksi beras dan jagung meningkat signifikan, dengan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) mencapai hampir 3,9 juta ton, penyaluran beras SPHP menembus 344 ribu ton, dan proyeksi produksi jagung mencapai 15,25 juta ton hingga akhir tahun.
Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional yang menembus 124,36 menjadi sinyal kuat naiknya kesejahteraan petani. Kebijakan penyaluran pupuk subsidi langsung ke petani juga mendapat apresiasi karena dinilai mempercepat distribusi dan mengurangi kebocoran.
“Kebijakan pupuk langsung ke petani menjawab keluhan klasik soal kelangkaan pupuk dan menjadi inovatif penting dalam tata kelola input pertanian,” tambahnya.
Kendati mengapresiasi, Slamet juga mengkritisi harga pangan masih cenderung tinggi, terutama pada beras, gula, daging, dan kedelai, sehingga perlu penguatan mekanisme stabilisasi dan distribusi di lapangan.
“Kestabilan pasokan belum otomatis menjamin harga terjangkau bagi rakyat, terutama menjelang musim paceklik,” tegasnya.
Ia juga menilai masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang perlu dibenahi, seperti rendahnya kepemilikan lahan petani, perlunya evaluasi mendalam terhadap program cetak sawah baru, dan kebijakan pangan yang masih terfokus pada beras dan jagung.
“Padahal, komoditas industri seperti bawang putih, kedelai, daging sapi, gula, dan garam masih sangat bergantung pada impor dalam jumlah besar,” ucapnya.
Untuk , Slamet menekankan pentingnya memperluas kebijakan pangan agar tidak hanya terfokus pada produksi dan stabilisasi jangka pendek, tetapi juga memastikan keadilan, keberlanjutan, dan kemandirian pangan nasional berdasarkan kekuatan lokal.