TODAYNEWS.ID – Kisah seorang perempuan lanjut usia berinisial SF (65), warga asal Surabaya, yang viral karena dititipkan ke Griya Lansia Malang oleh keempat anak kandungnya, mengundang perhatian publik.
Pemerintah Kota Surabaya merespons cepat dengan pendekatan persuasif agar SF bisa kembali mendapatkan perawatan dari pihak keluarga.
Camat Pabean Cantian, Muhammad Januar Rizal mengatakan pihaknya telah menelusuri kondisi sebenarnya di lapangan.
Dia menegaskan bahwa keputusan menitipkan SF bukan karena keinginan untuk menelantarkan, melainkan karena keterbatasan yang dialami salah satu anaknya, LH (40), yang saat ini tinggal menumpang di rumah kerabat.
“LH bukan bermaksud melepas tanggung jawab. Ia hanya ingin ibunya dirawat dengan baik. Ia sendiri hidup serba kekurangan dan tidak punya tempat tinggal tetap,” kata Januar saat ditemui, Rabu (16/7).
Faktor Ekonomi dan Tempat Tinggal Jadi Kendala
SF sempat tinggal bersama LH di Perlis setelah dua tahun berada di Madura. Namun, karena kondisi fisik SF yang membutuhkan perawatan ekstra pascastroke dan kerap mengompol, LH mengaku kesulitan mengurus sang ibu seorang diri.
“LH ini kerja serabutan, tinggal pun di rumah sepupu. Ia merasa tidak enak jika terus bergantung, apalagi ibunya butuh perhatian khusus,” imbuh Januar.
Menurutnya, SF sebenarnya telah terdata sebagai penerima bantuan seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) beras dari Bulog, dan juga tercakup dalam program permakanan Kampung Madani yang digerakkan warga setempat.
Griya Lansia Malang Dinilai Layak, Namun Keluarga Tetap Prioritas
Januar mengaku telah melakukan komunikasi langsung dengan pengelola Griya Lansia Malang, termasuk bersama LH.
Dia memastikan bahwa pelayanan di sana sangat baik, dan informasi soal larangan menjenguk maupun tidak ada notifikasi dalam kondisi darurat adalah tidak benar.
“Pengurus Griya Lansia terbuka soal kunjungan. Keluarga bisa membesuk kapan saja, sebulan sekali atau dua bulan. Kalau ada kejadian darurat pasti akan dihubungi. Jadi ini bukan soal penelantaran, tapi soal kemampuan,” ujar Januar.
Pemkot Surabaya Tawarkan Solusi Akomodasi Sementara
Guna mendorong agar SF bisa kembali dirawat oleh keluarganya di Surabaya, Pemkot menawarkan solusi berupa kontrakan sementara bagi LH dan ibunya.
“Saya sudah siapkan tempat tinggal kontrakan agar mereka tidak perlu lagi menumpang. Tapi keputusan tetap kami serahkan pada pihak keluarga,” ucapnya.
Namun demikian, pihak keluarga mengaku belum siap. LH beralasan tidak ada yang bisa mengurus ibunya saat ia harus bekerja. “Saya sendiri tidak tega, tapi saya juga tidak mampu. Kalau saya kerja, siapa yang merawat?” tutur LH.
Peraturan Prioritaskan Lansia Tanpa Keluarga
Merujuk Peraturan Wali Kota (Perwali) Surabaya Nomor 120 Tahun 2021, layanan Griya Werda di Surabaya diprioritaskan untuk lansia yang terlantar, tidak mampu, dan tidak memiliki keluarga. Karena itu, dalam kasus seperti SF, pemerintah lebih mengedepankan pendekatan kekeluargaan.
“Kami terus berkoordinasi dengan RT dan RW. Prinsip kami sederhana, tak ada bekas orang tua. Kalau masih ada keluarga, maka sudah seharusnya menjadi tanggung jawab bersama,” pungkas Januar.
Anak Tegaskan Tak Pernah Berniat Menelantarkan
LH menegaskan bahwa ia tidak pernah bermaksud membuang ibunya. “Saya hanya ingin ada yang bisa merawat ibu saya dengan layak. Saya tahu diri kondisi saya pas-pasan,” ujarnya.
Ia juga mengonfirmasi bahwa informasi dari Griya Lansia Malang soal boleh dibesuk dan akan diberi kabar bila terjadi hal mendesak, adalah benar. “Tadi saya sudah telepon Pak Arif dari Griya. Bisa kok dijenguk, bahkan bisa setiap bulan,” jelasnya.
Meskipun saat ini belum bisa menjemput SF kembali, LH berharap suatu saat bisa membawanya pulang ketika kondisi ekonomi membaik. “Kalau ada rezeki, saya ingin bisa rawat ibu sendiri,” katanya lirih.
Tidak ada komentar