Deputi Bidang Pengembangan Industri Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta, mewakili Menpora Dito Ariotedjo, menghadiri pembukaan Indonesia Sports Synergy Summit (ISSS) 2025. Dok Kemenpora TODAYNEWS.ID — Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek, Mohammad Fauzan Adziman, menyambut baik pelaksanaan Indonesia Sports Summit (ISS) 2025. Ia menegaskan dukungan kementerian terhadap penguatan ekosistem olahraga kampus.
Fauzan menjelaskan ada tiga fokus utama yang ingin didorong melalui ISS 2025. “Melalui ISS ini kami dari Kemdiktisaintek mendukung paling tidak ada tiga hal,” ujarnya.
Ia menyoroti pentingnya peningkatan proses pembinaan atlet di kampus. Menurutnya, pembinaan harus menjadi bagian dari ekosistem olahraga berbasis kolaborasi.
Fauzan menyebut selama ini jalur karier atlet cenderung hanya satu arah. Karena itu, kementerian ingin membuka dua jalur perkembangan agar atlet bisa tumbuh lewat klub dan akademik.
“Jadi dual karier atlet ini ingin kita tumbuh kembangkan dengan memudahkan salah satunya dengan memberikan beasiswa atlet,” katanya. Ia menilai jalur tersebut memberi ruang bagi atlet memilih bidang sesuai minat.
Fauzan menegaskan masa depan atlet akan lebih baik jika pembinaan akademik terintegrasi dengan program prestasi. Ia ingin kampus-kampus mempunyai peran strategis dalam sistem pembinaan.
Ia juga mendorong pengembangan sport science berbasis teknologi dan data. Fokusnya mencakup material perlengkapan, metode latihan, hingga riset akademis.
“Kami membuka berbagai peluang dan riset-riset di bidang fisiologi,” imbuhnya. Ia menekankan pentingnya memahami fisiologi masyarakat Indonesia yang sangat beragam.
Fauzan menilai pendidikan atlet dan pendidikan kepemimpinan muda memiliki keterkaitan. Hal itu relevan dengan persiapan menuju bonus demografi dan Indonesia Emas 2045.
“Kita ingin Indonesia Emas di tahun 2045 dan 2044 akan ada olimpiade,” urainya. Ia menekankan perlunya pembangunan program jangka panjang selama 20 tahun ke depan.
Ia menambahkan bahwa bidang psikologi dan mental juga perlu dikembangkan untuk mendukung atlet. Pendidikan kepemimpinan disebut menjadi faktor penting menuju prestasi tinggi.
Kemdiktisaintek juga menyoroti penguatan sistem kompetisi sejak sebelum jenjang universitas. Fauzan ingin diagnosis kemampuan atlet dilakukan sejak dini.
“Ini semua bisa kita bangun dengan satu kata kunci yakni kolaborasi,” pungkasnya. Ia menegaskan kerja sama dengan Kemenpora, pemerintah daerah, dan industri sangat penting.
Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, menilai pembinaan atlet melalui universitas menjadi faktor krusial menuju Indonesia Emas 2045. Ia menekankan perlunya konsistensi dalam kompetisi.
“Per hari ini saja sudah lebih dari 20 kampus dengan beasiswa di bola basket dan itu baru di basket,” imbuhnya. Junas yakin potensi pembinaan atlet kampus masih sangat besar ke depan.