FIFA menggelar pertemuan perdana Players’ Voice Panel (PVP) di Rabat, Maroko, Senin (10/11/2025). (Dok. PSSI)TODAYNEWS.ID — FIFA menggelar pertemuan perdana Players’ Voice Panel (PVP) di Rabat, Maroko, Senin (10/11/2025). Forum ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran resmi PVP pada Kongres FIFA ke-74 di Bangkok, Thailand, Mei 2024.
Pertemuan tersebut menjadi langkah penting dalam kampanye global bertajuk Global Stand Against Racism. Melalui inisiatif ini, FIFA menegaskan komitmen memberantas rasisme di seluruh aspek sepak bola, dari lapangan hingga media sosial.
Program anti-rasisme tersebut mewajibkan seluruh 211 Asosiasi Anggota FIFA, termasuk Indonesia, melakukan tindakan konkret. Langkah-langkah itu disusun berdasarkan lima pilar utama yang menjadi fondasi kebijakan global.
Kelima pilar itu mencakup aturan dan sanksi, tindakan di lapangan, penegakan hukum pidana, pendidikan, serta suara pemain (Players’ Voice). Pilar kelima menjadi dasar terbentuknya PVP sebagai wadah representasi pemain.
Players’ Voice Panel menempatkan para pesepak bola, baik yang masih aktif maupun telah pensiun, sebagai garda terdepan dalam melawan diskriminasi. Mereka berperan langsung dalam membangun budaya sepak bola yang inklusif.
Panel ini terdiri dari 16 anggota yang mewakili 14 asosiasi nasional dari enam konfederasi FIFA. Komposisi tersebut memastikan keterwakilan global dengan semangat kesetaraan dari 211 negara anggota.
Nama-nama besar menghiasi keanggotaan panel ini. Di antaranya terdapat George Weah sebagai kapten kehormatan, Didier Drogba, Formiga, Juan Pablo Sorin, Mikaël Silvestre, dan Briana Scurry.
Dalam pidatonya, George Weah menegaskan bahwa rasisme bukan sekadar persoalan olahraga. Legenda sepak bola asal Liberia itu menyebut rasisme sebagai penyakit sosial yang harus disembuhkan bersama.
“Kita semua harus menikmati permainan indah ini tanpa kebencian. Kita harus berjalan dan bernyanyi bersama di stadion, bukan saling menyerang. Rasisme adalah penyakit yang harus kita basmi dari sepak bola dan dari masyarakat,” ujar Weah tegas.
Melalui forum tersebut, PVP menetapkan serangkaian langkah konkret yang segera dijalankan. Salah satunya adalah pembaruan FIFA Disciplinary Code dengan peningkatan denda atas perilaku rasis hingga CHF 5 juta.
Selain itu, FIFA menerapkan prosedur tiga langkah anti-diskriminasi yang memungkinkan penghentian pertandingan jika insiden rasis berlanjut. Pengawasan di media sosial juga diperkuat lewat FIFA Social Media Protection Service.
FIFA turut memperluas program pendidikan melalui Football for Schools dan platform e-learning. Upaya ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai toleransi dan keberagaman sejak usia dini.
Bagi Indonesia, kampanye global ini menjadi cermin penting di tengah maraknya kasus perundungan dan ujaran rasis di dunia olahraga. Pengabaian terhadap isu ini bisa berdampak serius, termasuk risiko sanksi dari FIFA.
Melalui semangat Global Stand Against Racism, Indonesia diharapkan memperkuat pendidikan karakter dalam sepak bola nasional. Nilai kesetaraan, hormat, dan keberagaman perlu tumbuh kuat di antara pelatih, pemain muda, dan suporter.
16 Anggota FIFA Players’ Voice Panel (PVP)
• George Weah (Liberia) – Kapten kehormatan
• Emmanuel Adebayor (Togo)
• Mercy Akide (Nigeria)
• Iván Córdoba (Kolombia)
• Didier Drogba (Pantai Gading)
• Khalilou Fadiga (Senegal)
• Formiga (Brasil)
• Jessica Houara (Prancis)
• Maia Jackman (Selandia Baru)
• Sun Jihai (China PR)
• Blaise Matuidi (Prancis)
• Aya Miyama (Jepang)
• Lotta Schelin (Swedia)
• Briana Scurry (Amerika Serikat)
• Mikaël Silvestre (Prancis)
• Juan Pablo Sorín (Argentina)