TODAYNEWS.ID — Calon presiden Kolombia Miguel Uribe Turbay menjadi korban penembakan saat berkampanye di Bogota. Dua peluru bersarang di kepala dan satu peluru mengenai lututnya.
Penembakan terjadi ketika Uribe tengah berbicara di hadapan sekelompok warga. Serangan itu sontak menimbulkan kepanikan dan kekacauan di lokasi kampanye.
Istri Uribe, Maria Claudia Tarazona, meminta masyarakat Kolombia mendoakan keselamatan suaminya. “Miguel saat ini sedang berjuang untuk hidupnya,” kata Maria dalam pernyataan resmi.
Maria juga berharap Tuhan membimbing para dokter yang menangani Uribe. Hingga kini, kondisi Uribe masih dalam penanganan intensif di klinik Sante Fe.
Partai Centro Democratico langsung mengutuk keras aksi penyerangan itu. Mereka menilai tindakan kekerasan tersebut merupakan ancaman nyata terhadap demokrasi.
Dukungan juga datang dari Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio. Ia menyebut serangan terhadap Uribe sebagai ancaman terhadap kebebasan dan stabilitas politik Kolombia.
Presiden Kolombia Gustavo Petro turut mengecam insiden penembakan tersebut. Meski berasal dari kubu politik berbeda, Petro menegaskan bahwa demokrasi harus dijaga bersama.
“Tindakan kekerasan tidak hanya menyerang individu, tetapi juga menyerang prinsip demokrasi,” tegas Petro. Ia mendesak aparat penegak hukum bertindak cepat dan tegas.
Polisi telah menangkap satu tersangka berusia 15 tahun di lokasi kejadian. Remaja tersebut langsung diamankan untuk diperiksa lebih lanjut.
Sebuah rekaman video yang beredar memperlihatkan detik-detik penembakan. Warga panik dan saling dorong saat suara tembakan terdengar dari arah podium.
Paramedis menyatakan bahwa Uribe mengalami luka serius di kepala dan lutut. Ia langsung diterbangkan menggunakan helikopter ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan darurat.
Ratusan pendukung berkumpul di luar klinik Sante Fe sejak kabar penembakan tersebar. Mereka membentangkan spanduk dukungan dan menyerukan agar demokrasi tetap dijaga.
Penembakan terhadap Miguel Uribe menjadi alarm keras bagi keamanan politik Kolombia. Serangan ini membuka kembali luka lama soal kekerasan dalam dunia politik negeri tersebut.