Ketua DPR RI, Puan Maharani usai agenda Masa Sidang Paripurna ke IV yang digelar di komplek Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (24/6/2025). (Foto: Istimewa)TODAYNEWS.ID — Kasus meninggalnya seorang ibu hamil dan bayinya di Papua setelah ditolak empat rumah sakit memantik keprihatinan Ketua DPR RI Puan Maharani. Ia menilai peristiwa itu menunjukkan persoalan serius dalam layanan kesehatan di wilayah tertinggal.
Puan menegaskan kejadian serupa sudah berulang kali terjadi di daerah 3T. Ia menilai masalah ini tidak boleh dianggap remeh karena menyangkut nyawa masyarakat.
“Hal ini sudah berkali-kali terjadi. Karenanya ini juga menjadi perhatian dari Presiden,” ujar Puan di Gedung DPR RI, Selasa (25/11/2025).
Ia menyebut telah mendapat laporan bahwa Presiden Prabowo Subianto menggelar rapat khusus terkait tragedi tersebut. Puan menegaskan DPR juga sangat prihatin dan memberikan perhatian penuh.
Oleh karena itu, ia meminta Komisi IX DPR RI untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelayanan kesehatan di wilayah 3T. Menurutnya, fungsi pengawasan DPR harus bergerak cepat untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Politikus PDI-P itu menegaskan bahwa seluruh warga negara berhak mendapatkan layanan kesehatan yang layak. Ia mengatakan negara harus hadir terutama bagi masyarakat yang tinggal jauh dari pusat pelayanan.
Menurut Puan, pemerintah dan fasilitas kesehatan wajib memastikan layanan darurat tersedia kapan pun dibutuhkan. “Jadi jangan sampai terjadi lagi penanganan atau kelalaian penanganan kesehatan yang terjadi seperti ini,” katanya.
Puan juga mendorong Kementerian Kesehatan melakukan evaluasi fasilitas dan prosedur penanganan pasien di seluruh rumah sakit. Ia menekankan pentingnya memastikan aspek rujukan dan layanan gawat darurat berjalan sesuai standar.
“Jadi kami akan meminta Kementerian Kesehatan khususnya, untuk bisa mengevaluasi penanganan kesehatan di rumah sakit-rumah sakit,” ujarnya. Ia mengingatkan agar tidak ada masyarakat yang terabaikan, khususnya di wilayah 3T.
Sebelumnya diberitakan seorang ibu di Papua bernama Irene Sokoy meninggal setelah ditolak empat rumah sakit. Irene menghembuskan napas terakhir pada Senin (17/11/2025) pukul 05.00 WIT.
Kepala Kampung Hobong Abraham Kabey, yang juga mertua korban, menjelaskan bahwa Irene mulai merasakan kontraksi pada Minggu siang (16/11). Keluarga kemudian bergerak cepat mencari pertolongan medis.
Irene pertama kali dibawa ke RSUD Yowari menggunakan kapal cepat. Namun dokter tidak berada di tempat dan proses pembuatan surat rujukan berjalan sangat lambat.
“Pelayanan sangat lama. Hampir jam 12 malam surat belum dibuat,” ujar Abraham. Keterlambatan itu membuat keluarga berinisiatif mencari rumah sakit lain.
Keluarga kemudian membawa Irene ke RS Dian Harapan dan RSUD Abepura, tetapi kembali tidak mendapatkan layanan. Kondisi Irene semakin memburuk di tengah proses rujukan yang tidak kunjung jelas.
Upaya terakhir dilakukan dengan membawa Irene ke RS Bhayangkara. Namun keluarga diminta membayar uang muka Rp 4 juta karena kamar BPJS disebut penuh.
Ada empat rumah sakit yang tercatat menolak Irene, yaitu RSUD Yowari, RSUD Abepura, RS Bhayangkara, dan RS Dian Harapan. Penolakan beruntun itu membuat Irene tak mendapatkan penanganan darurat yang dibutuhkan.
Keluarga menyebut Irene akhirnya meninggal dalam perjalanan setelah melalui proses rujukan yang panjang dan tidak efektif. Tragedi ini memicu desakan kuat agar pemerintah memperbaiki layanan kesehatan di daerah.