TODAYNEWS.ID — Menteri Koordinator Bidang Perekonomianp Airlangga Hartarto yakin Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi hingga delapan persen. Keyakinan ini didukung oleh solidnya parlemen serta berbagai kebijakan stimulus ekonomi yang telah disiapkan pemerintah.
Dalam Indonesia Economic Summit (IES) 2025 di Jakarta, Airlangga menyebut bahwa pemerintahan baru mendapat dukungan lebih dari 80 persen di parlemen. Dengan popularitas mencapai 82 persen, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi antara 7 hingga 8 persen.
“Dengan dukungan pemerintahan yang mencapai lebih dari 80 persen di parlemen dan popularitas lebih dari 82 persen, kami memiliki aspirasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, yakni di kisaran 7 hingga 8 persen,” ujar Airlangga.
Optimisme ini hadir di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi perekonomian dunia. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat ke kisaran 2,7 hingga 3,3 persen pascapandemi COVID-19.
Airlangga juga menyoroti berbagai tantangan ekonomi global yang memengaruhi dinamika nasional. Faktor seperti ketegangan geopolitik di Eropa dan Asia, pembatasan ekspor semikonduktor, serta inflasi tinggi di Amerika Serikat turut menjadi tantangan.
Meski demikian, Indonesia tetap tangguh dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dibandingkan negara ASEAN lainnya. Airlangga menyebut bahwa pertumbuhan Indonesia sejalan dengan Vietnam, Thailand, dan Filipina yang berkisar di angka 5 persen.
“Indonesia tumbuh sekitar 5 persen, sejalan dengan Vietnam, Thailand, dan Filipina. Namun, pertumbuhan kita lebih tinggi dibandingkan beberapa negara lain yang di bawah 5 persen,” jelasnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada kuartal IV 2024, ekonomi Indonesia tumbuh 5,02 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan Singapura (4,3 persen), Arab Saudi (4,4 persen), dan Malaysia (4,8 persen).
Sepanjang tahun 2024, Indonesia membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03 persen. Capaian ini semakin memperkuat posisi Indonesia dalam persaingan global, termasuk dalam keanggotaannya di OECD dan BRICS.
Dari sisi stabilitas ekonomi, inflasi tahunan pada Januari 2025 tercatat sebesar 0,76 persen (yoy). Pemerintah juga menjaga surplus neraca perdagangan selama 57 bulan berturut-turut dengan total nilai mencapai 31 miliar dolar AS.
Ekspor komoditas utama seperti nikel dan logam mulia terus mengalami pertumbuhan. Nikel tumbuh 17,3 persen, sementara ekspor logam mulia meningkat hingga 18,3 persen sepanjang tahun.
Untuk mencapai target pertumbuhan 2025, pemerintah telah meluncurkan sejumlah kebijakan stimulus ekonomi. Beberapa di antaranya adalah optimalisasi bantuan sosial dan paket stimulus Ramadhan dengan diskon tarif tiket pesawat 10 persen.
Pemerintah juga memberikan pengurangan tarif listrik sebesar 50 persen untuk periode Januari hingga Februari. Kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat serta mendorong konsumsi domestik.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga diperluas guna meningkatkan perputaran ekonomi di perdesaan. Airlangga menyebut program ini bisa meningkatkan perputaran uang dari Rp1 miliar menjadi Rp5-6 miliar per tahun.
“Jadi, kalau ada Rp7 miliar perputaran uang di desa, maka ekonomi di akar rumput akan meningkat karena mereka yang menyuplai untuk program makan gratis,” tuturnya.
Dengan berbagai strategi yang telah disiapkan, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin kuat. Masyarakat pun menanti realisasi dari target ambisius ini di tengah tantangan global yang masih berlangsung.