TODAYNEWS.ID — Indonesia Economic Summit (IES) 2025 bukan hanya menjadi ajang diskusi, tetapi juga wadah bagi sektor swasta untuk mengambil peran lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
Acara yang diselenggarakan oleh Indonesian Business Council (IBC) di Jakarta ini dihadiri oleh lebih dari 1.500 peserta dari 48 negara dan menghadirkan 100 pembicara dari berbagai sektor.
Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi yang inklusif hanya dapat tercapai jika sektor swasta dan pemerintah berkolaborasi erat. Menurutnya, kebijakan yang mendukung investasi dan daya saing bisnis harus menjadi prioritas utama dalam agenda ekonomi nasional.
“IES 2025 bukan sekadar forum diskusi, tetapi tempat untuk menciptakan aksi nyata. Kami ingin memastikan bahwa sektor swasta dapat berkontribusi lebih besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia,” ujar Arsjad.
Chief Executive Officer IBC, Sofyan Djalil, menyoroti pentingnya kebijakan publik yang mendorong partisipasi aktif sektor swasta. Ia menyebut bahwa daya saing industri, terutama manufaktur dan energi terbarukan, harus diperkuat agar Indonesia bisa bersaing di pasar global.
“Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan hanya dapat dicapai jika regulasi yang ada benar-benar mendukung inovasi dan ekspansi bisnis,” kata Sofyan.
Salah satu isu utama dalam IES 2025 adalah penguatan industri manufaktur sebagai motor pertumbuhan ekonomi. Salman Subakat, Co-founder ParagonCorp dan anggota IBC, menyatakan bahwa sektor manufaktur memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah ekonomi.
“Kami membutuhkan kebijakan yang lebih proaktif dalam mendukung pertumbuhan industri manufaktur, karena sektor ini berperan penting dalam mewujudkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Salman.
Sebagai bentuk komitmen nyata, IES 2025 menghasilkan sejumlah nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga internasional.
MoU ini mencakup proyek strategis seperti pembangunan pusat energi terbarukan di Kawasan Timur Indonesia serta program pelatihan vokasi untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal.
Dengan adanya berbagai inisiatif konkret yang lahir dari forum ini, IES 2025 diharapkan dapat menjadi pendorong utama dalam memperkuat kontribusi sektor swasta terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Arsjad Rasjid menutup acara dengan optimisme bahwa sinergi antara sektor publik dan swasta akan membawa manfaat nyata bagi Indonesia.
“Kami ingin memastikan bahwa kolaborasi ini tidak berhenti di forum ini, tetapi terus berkembang menjadi langkah nyata yang mendorong kemajuan ekonomi Indonesia,” pungkasnya.