TODAYNEWS.ID – Anggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo, merespons soal pernyataan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), yang menyebut udang beku terkontaminasi radioaktif Cs-137 tetap aman dikonsumsi selama kadarnya rendah.
Firman menilai pernyataan Menko Zulhas justru menyesatkan dan berbahaya karena bisa mengakibatkan bakteri jahat dan memicu penyakit kepada yang mengkonsumsinya.
“Tubuh udang yang sudah terkena radiasi tetap berbahaya. Itu bisa membawa bakteri jahat, bisa memicu penyakit bagi manusia. Radiasi itu sifatnya merusak, sekecil apa pun tetap punya risiko,” tegasnya, Sabtu (4/10/2025).
Menurutnya Firman, kontaminasi semacam ini berisiko besar bagi kesehatan manusia dan tidak bisa dianggap sepele.
“Kalau negara lain sudah menolak dan mengembalikan produk itu, artinya memang ada persoalan serius. Kok di Indonesia malah muncul klaim aman dikonsumsi? Saya ingin tanya, siapa yang sebenarnya bodoh kalau begitu,” kata Firman.
Politikus senior Golkar ini pun mengaitkan kasus tersebut dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sempat diwarnai insiden keracunan akibat kontaminasi bakteri.
“Coba lihat MBG. Karena kurang kontrol, muncul kasus keracunan. Jangan sampai kasus serupa terulang lewat produk perikanan. Apa pun bentuk kontaminasinya baik bakteri, virus, maupun radiasi, risikonya sama, mengancam kesehatan manusia,” terang Wakil Ketua Fraksi Golkar di MPR ini.
Lebih lanjut, Firman pun memperingatkan pemerintah agar tidak gegabah. Menurutnya, jika terjadi masalah kesehatan massal akibat kebijakan yang salah, Presiden Prabowo Subianto akan ikut menanggung beban politiknya.
“Saya ingatkan, jangan main api. Ini berisiko besar. Kasihan presidennya nanti yang harus menanggung akibatnya,” pungkas legislator dapil Jateng III ini.
Sebelumnya, Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyatakan udang yang ditolak AS sebenarnya masih aman dikonsumsi. Ia merujuk hasil uji Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menunjukkan kadar Cs-137 pada udang tersebut hanya 68 becquerel per kilogram, jauh di bawah ambang batas nasional 500 becquerel/kg dan standar AS yang mencapai 1.200 becquerel/kg.
Namun bagi Firman Soebagyo, standar bukan satu-satunya ukuran. “Sekalipun rendah, tetap saja ini zat radioaktif. Kalau bangsa lain menolak, Indonesia jangan sampai kompromi. Kesehatan rakyat jauh lebih penting daripada sekadar alasan angka-angka,” pungkasnya.
Tidak ada komentar