x

Wujudkan Indonesia Emas, Tanoto Foundation dan Pemprov Jateng Kolaborasi Turunkan Stunting

waktu baca 5 menit
Rabu, 16 Apr 2025 10:12 162 Yunita

TODAYNEWS.ID – Stunting bukan hanya menjadi penghambat pertumbuhan anak. Lebih dari itu, stunting juga dapat menghambat dan menjadi ancaman serius terhadap pembangunan dan kemajuan suatu bangsa, khususnya di Indonesia.

Hal ini sangat mungkin terjadi bila angka stunting tidak ditekan dan terus berdampak pada sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan berdampak pada produktivitas bangsa, juga pada cita-cita besar Indonesia Emas 2045.

Karena itu, pemerintah terus menggalakkan penurunan stunting di mana pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 ditargetkan menjadi 14,2 persen pada tahun 2029.

Untuk mencapainya diperlukan sinergi semua wilayah administratif, mulai dari yang terkecil yaitu desa, kabupaten, kota, hingga provinsi, untuk bertindak lebih cepat, lebih kolaboratif, dan lebih strategis.

Salah satu yang menunjukkan kemajuan adalah Provinsi Jawa Tengah. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, prevalensi stunting di provinsi ini berhasil ditekan turun dari 31,2 persen di tahun 2018 menjadi 20,7 persen di tahun 2023.

Capaian ini menjadi bukti nyata efektivitas strategi lintas sektor yang mengedepankan inovasi, integrasi, dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, akademisi, sektor swasta, hingga mitra pembangunan,

Sebagai bagian dari upaya memperkuat kolaborasi lintas sektor serta berbagi capaian, pembelajaran, dan praktik baik yang telah diimplementasikan di tingkat kabupaten/kota di Jateng dalam penurunan angka stunting, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Tanoto Foundation dan Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) menyelenggarakan Lokakarya Diseminasi Praktik Baik “Inovasi untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting” di Semarang, pada Selasa (15/4/2025).

Acara ini bertujuan untuk mendesiminasi hasil-hasil dan praktik-praktik baik dari program kerja sama Pemprov Jateng dan Pemkot/Pemkab di dalamnya bersama Tanoto Foundation dan RAPP dalam menurunkan stunting di Jateng sekaligus mempertemukan para pemangku kepentingan dari provinsi, kabupaten/kota, mitra pembangunan, akademisi, serta praktisi lapangan untuk berbagi pembelajaran dan merumuskan strategi percepatan yang lebih adaptif ke depan.

Gubernur Jawa Tengah, yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno, menekankan dengan berkolaborasi akan lebih mudah untuk mencegah dan menurunkan stunting di Jawa Tengah.

“Angka stunting di Jateng memang sudah turun namun masih perlu diteruskan. Karena itu kami apresiasi Tanoto Foundation atas kontribusinya dalam mendampingi penurunan stunting di daerah kami. Dengan adanya kolaborasi tentu pencapaian target penurunan akan lebih cepat terjadi,” kata Sumarno.

Jawa tengah merupakan salah satu provinsi prioritas pemerintah dalam penanganan stunting dengan populasi terbesar ketiga di Indonesia. Program kerja sama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah serta Pemerintah Kota Semarang, Pemerintah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes dengan Tanoto Foundation dan RAPP sendiri telah dimulai sejak 2022.

Perlu Inovasi dan Kolaborasi

Sumarno mengatakan pentingnya inovasi dan kolaborasi lintas sektor dalam upaya mempercepat penurunan stunting.

Ia menyambut baik kehadiran mitra pembangunan yang turut mendampingi pemerintah daerah dalam mendorong intervensi berbasis data dan kebutuhan lokal.

“Apa yang dilakukan oleh Tanoto Foundation ini melahirkan inovasi-inovasi, dan dapat menjadi masukan serta sangat memungkinkan untuk kami gunakan dalam menyusun strategi penurunan stunting ke depannya di Jateng,” tuturnya.

Sumarno juga mengapresiasi kolaborasi yang terjadi dan berharap semakin banyak pihak yang turut berkontribusi dalam penurunan stunting di Jateng.

“Kolaborasi Tanoto Foundation di empat Kota/Kabupaten ini sudah berjalan baik, ini tentu membantu proses penurunan stunting jadi lebih cepat. Kami harap lebih banyak lagi kolaborasi seperti ini yang dapat menjangkau lebih luas lagi daerah-daerah di Jateng,” tandasnya.

Kerja sama yang juga dibantu oleh mitra lokal yaitu Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK) dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (YKKS) ini berfokus pada empat pilar utama.

Empat Pilar Utama:

  1. Penguatan komunikasi perubahan perilaku (KPP) melalui penyusunan strategi komunikasi, dan pendampingan pelaksanaannya, agar pesan-pesan penting tentang gizi, pola makan, kesehatan ibu, dan pengasuhan anak benar-benar tersampaikan dan diadopsi oleh masyarakat.
  2. Pengembangan Rumah Anak SIGAP. Layanan ini adalah sebuah model pusat pengembangan anak yang membekali keluarga dengan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan pengasuhan yang optimal bagi anak usia 0-3 tahun, untuk memastikan setiap anak mendapatkan stimulasi yang mereka butuhkan untuk berkembang optimal, baik secara fisik maupun kognitif.
  3. Pendampingan kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Tim Pendamping Keluarga di tingkat kabupaten/kota hingga desa melalui dukungan penguatan tata kelola, perencanaan yang berbasis data, konvergensi program lintas sektor, dan penguatan keterampilan kepada TPK untuk komunikasi yang efektif.
  4. Pilot pengembangan Pusat Operasi Penurunan Stunting (POPS). POPS adalah sistem yang menunjukkan data status gizi anak, ibu hamil, dan calon pengantin (catin) di suatu desa serta intervensi yang telah diterima.

Dari program-program tersebut telah didapat beberapa capaian seperti 150 tenaga kesehatan yang dilatih, 380 TPPS dan TPK yang menerima mentoring, 900 remaja menerima penguatan kapasitas, 1.289 Kader TPK telah dilatih, dan 9.644 balita serta 60.307 keluarga telah menerima manfaat.

Program-program Tanoto Foundation tidak berdiri sendiri namun melengkapi program pemerintah mitra yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah integrasi Rumah Pelita (sebuah layanan pengasuhan anak) milik Pemkot Semarang dengan program Rumah Anak SIGAP.

“Saya berterima kasih kepada Tanoto Foundation yang telah berkontribusi aktif mendampingi percepatan penurunan stunting dengan program Rumah Anak SIGAP yang terintegrasi dengan daycare Rumah Pelita di Semarang Utara. Integrasi ini meningkatkan upaya pengasuhan anak usia dini yang baik sehingga anak-anak terhindar dari stunting,” ucap Walikota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti.

Penanganan Stunting Semakin Kompleks

Head of Learning Environment Tanoto Foundation, Margaretha Ari Widowati mengatakan tantangan penanganan stunting ke depan akan semakin kompleks, sehingga keberhasilan bergantung pada komitmen dan kolaborasi.

“Kami ingin mengajak seluruh elemen bangsa yakni pemerintah, swasta, akademisi, media, dan masyarakat sipil untuk memperkuat kolaborasi. Mari, kita jadikan momentum kegiatan ini sebagai penguat komitmen kita untuk bekerja lebih giat lagi, demi memastikan anak-anak di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Tengah, dapat bebas dari stunting dan siap menjadi bagian dari generasi emas Indonesia 2045,” terang Ari.

Lokakarya ini menghadirkan sejumlah narasumber dari pemerintah daerah, perwakilan Tanoto Foundation, tim fasilitator Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (SKPP), serta praktisi lapangan dari program-program inovatif yang dipamerkan seperti Pusat Operasi Penurunan Stunting (POPS) di Desa Kluwut, dan Rumah Anak SIGAP di Desa Tuwel.

Post Views163 Total Count
Iklan

Pilkada & Pilpres

INSTAGRAM

41 minutes ago
46 minutes ago
13 hours ago
13 hours ago

LAINNYA
x