TODAYNEWS.ID – Program desalinasi yang diinisiasi Gubernur Ahmad Luthfi di Jateng bakal diimitasi 3 provinsi. Program ini bakal menekan penggunaan air tanah sehingga mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (land Subsidence) di wilayah pesisir.
Tiga provinsi yang akan memiliki program yang sama dengan Pemprov Jateng adalah Banten, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Desalinasi adalah proses pengolahan air asin yang biasanya dari laut menjadi tawar.
“Tiga provinsi lain ternyata juga kepingin tapi ini Jawa Tengah lebih dahulu yang akan kerja sama dengan Undip,” kata Ahmad Luthfi, Selasa (18/3/2025).
Guna melaksanakan program ini, Pemprov Jateng menggandeng Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Hasil desalinasi diprioritaskan untuk masyarakat pesisir dan nelayan.
Rektor Undip Semarang, Suharnomo menyambut baik, pelibatan dunia perguruan tinggi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) dalam program-program menangani persoalan di wilayah.
“Saya rasa dengan keterlibatan perguruan tinggi yang sangat banyak di Jateng, ibarat kata tiap kampus bisa masuk klaster-klaster tertentu yang merupakan kompetensinya masing-masing. Insya Allah hasilnya akan lebih bagus ya daripada program berjalan tanpa pendampingan dari ahli-ahli yang memang ada dari kampus dan belum termanfaatkan maksimal,” ujar Suharnomo.
Dia mencontohkan, Undip punya teknologi mesin desalinasi yang mampu mengubah air payau menjadi air siap minum.
Dengan teknologi itu, dia mengklaim, terdapat dua persoalan di wilayah pesisir Jawa Tengah khususnya untuk diintervensi menjadi solusi.
Pertama, menjadikan air rob di wilayah Pantai Utara (Pantura), sebagai air permukaan menjadi kebutuhan baku masyarakat dan industri.
Artinya industri di Pantura khususnya, tidak akan lagi ketagihan mengambil air tanah untuk kebutuhannya yang memicu penurunan muka tanah.
“Dari mesin desalinasi bisa digerakkan dan dijual kepada industri. Industri tidak perlu lagi mengambil air tanah. Di satu sisi yang air rob bisa jadi air minum,” tuturnya.
Undip, kata Suharnomo, rencananya bakal meluncurkan pilot project program tersebut bersama Pemprov Jateng di Pekalongan pada akhir Maret 2025.
“Jadi kami berharap ini bisa bermanfaat menangani masalah bermula di Pantura dan Indonesia kedepannya,” ucapnya.
Secara rinci, Suharnomo mengatakan, mesin itu setidaknya bisa memproduksi 200 ribu liter air per harinya, namun akan mengikuti kebutuhan.
“Kita buat (juga) di Jepara, Demak, di Blora. Di Blora malah energinya menggunakan panel surya. Ini sangat penting untuk teman-teman kita yang tempat tinggalnya jauh dari listrik. (Sehingga) dari sisi airnya terpenuhi, dan energinya gak harus dari PT PLN,” bebernya.
Pihaknya berharap, Pemprov Jateng bisa memetakan wilayah-wilayah yang dirasa sangat butuh untuk mengatasi persoalan di pesisir. Di antaranya penurunan muka tanah, dan kebutuhan air bersih.
“Undip ingin bekerja sama mengatasi banyak masalah di Jateng, terutama di Pantura. Undip siap bareng-bareng membantu untuk masyarakat,” kata dia
Universitas Diponegoro (Undip) menjadi satu dari 44 Perguruan Tinggi di Jateng yang digandeng Pemprov Jateng untuk berperan dalam pembangunan.
Di antaranya, Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Wahid Hasyim Semarang, Udinus, Untag Semarang, Unissula.
Kerja sama Pemprov Jateng dengan kampus juga didasarkan pada keunggulan yang dimiliki perguruan tinggi.
Pada Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Ahmad Luthfi meminta ikut dalam pengembangan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh RSUD Moewardi.
Di antara dengan mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat tingkat bawah.
“Kemarin program Speling (Dokter Spesialis Keliling) sudah dicoba di 5 kabupaten/kota, hasilnya luar biasa arena dirasakan betul manfaatnya oleh masyarakat,” kata Ahmad Luthfi.
Selain itu ada juga program KKN Tematik oleh para mahasiswa dari perguruan tinggi.
Tujuannya mengembangkan keunggulan desa maupun kecamatan yang menjadi lokasi KKN.
Selain itu ada juga program pengembangan usaha mikro menjadi kecil atau menengah hingga mengajak generasi zelenial fokus di usaha pertanian.
“Prinsip, kerja sama ini tidak boleh hanya berhenti di MoU. Segera kerjakan dan sekencang mungkin,” pungkasnya.