x

Pentingnya Periksa PSA Rutin untuk Cegah Kanker Prostat

waktu baca 2 menit
Sabtu, 20 Sep 2025 15:49 4 Pramitha

TODAYNEWS.ID – Kasus kanker prostat di Asia, termasuk Indonesia, terus menunjukkan peningkatan signifikan. Data Globocan WHO mencatat kenaikan antara 1,5 hingga 3 kali lipat dalam satu dekade terakhir.

Dokter Spesialis Urologi National Hospital, dr. Lukman Hakim, Sp.U, Subsp.Onk, MARS, Ph.D, mengatakan tren serupa juga terjadi di Indonesia. “Dalam 10 tahun terakhir, kasus kanker prostat di Indonesia naik sekitar 1,5 sampai 3 kali lipat,” ujarnya, Rabu (17/9).

Kanker prostat umumnya menyerang pria berusia di atas 50 tahun, meski kasus pada usia lebih muda tetap ada. “Pasien termuda yang saya tangani berusia 40 tahun, tetapi mayoritas di atas 50 tahun,” jelasnya.

Menurut dr. Lukman, penyebab pasti kanker prostat belum diketahui. Namun, sejumlah faktor risiko bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit ini, seperti konsumsi berlebihan makanan tinggi kalsium (daging, susu, keju, yoghurt), infeksi prostat berulang, kelebihan vitamin E jangka panjang, obesitas, penuaan, merokok, serta faktor keturunan.

“Kalau ayah menderita kanker prostat, anak laki-lakinya memiliki risiko sekitar 25 persen. Jika berlanjut ke cucu, risikonya bisa naik hingga 60 persen,” tegasnya.

Untuk pencegahan, ia menyarankan pria melakukan pemeriksaan Antigen Spesifik Prostat (PSA) secara rutin sejak usia 50 tahun, atau lebih awal pada usia 45 tahun jika memiliki riwayat keluarga dengan kanker prostat.

Beberapa gejala yang kerap dialami pasien antara lain kesulitan buang air kecil, aliran kencing tersendat, rasa tidak puas setelah kencing, frekuensi kencing meningkat, hingga adanya darah dalam urine.

Pilihan terapi, kata Lukman, sangat bergantung pada stadium penyakit. Pada stadium awal (1–2), operasi menjadi pilihan utama, sedangkan pada stadium lanjut (3–4) terapi biasanya berupa kombinasi hormon, obat oral anti kanker, kemoterapi, hingga radioterapi.

“Jika sudah stadium 4, peluang bertahan hidup lima tahun ke depan kurang dari 50 persen meski mendapat pengobatan optimal. Karena itu, deteksi dini sangat penting,” ujarnya.

Ia menambahkan, lebih dari separuh pasien datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi stadium lanjut, karena baru memeriksakan diri setelah mengalami keluhan.

“Mindset harus diubah. Jangan menunggu ada gejala, tapi lakukan skrining sejak usia 45–50 tahun. Itu yang terpenting,” pungkasnya.

Post Views5 Total Count

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Pilkada & Pilpres

    INSTAGRAM

    20 hours ago
    20 hours ago
    20 hours ago
    23 hours ago

    LAINNYA
    x
    x