Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Heryawan. Foto: IstimewaTODAYNEWS.ID – Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Heryawan mengingatkan bahwa tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat di pemilu tidak dapat dilihat ketika pemilih datang ke TPS.
Tetapi dilihat dari partisipasi publik dalam mengawal seluruh kebijakan yang dibuat pemimpin terpilih dari hasil pemilihan tersebut.
“Partisipasi bukan sekadar datang ke TPS, tapi memastikan suara rakyat terus hidup dalam kebijakan publik,” kata Aher sapaannya, mengutip Rabu (29/10/2025).
Aher menegaskan penting bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan politik pasca pemilu.
Menurutnya, hal ini sebagai investasi jangka panjang dalam mendewasakan demokrasi di Indonesia.
“Pendidikan pemilih pasca pemilu adalah investasi jangka panjang bagi demokrasi Indonesia,” ujar Aher.
Ia menggarisbawahi, tingkat partisipasi nasional pada Pemilu 2024 yang mencapai sekitar 82 persen. Angka itu, kata dia, menunjukkan antusiasme rakyat terhadap demokrasi.
Namun begitu, politikus PKS ini mengingatkan bahwa partisipasi tinggi belum otomatis mencerminkan kualitas pilihan yang baik.
Menurutnya, peran penting KPU dan Bawaslu perlu diperkuat dalam mengembangkan pendidikan politik berkelanjutan serta pengawasan partisipatif di tingkat akar rumput.
“Kita perlu mendorong partisipasi yang lebih rasional, berbasis pemahaman terhadap visi, misi, dan rekam jejak calon, bukan sekadar karena pengaruh emosi atau media sosial,” tuturnya.
Kolaborasi antara lembaga penyelenggara pemilu, masyarakat sipil, kampus, dan organisasi masyarakat juga menjadi kunci terwujudnya demokrasi yang sehat dan transparan.
“Pemilu hanyalah satu momen dalam siklus demokrasi. Yang lebih penting adalah bagaimana masyarakat terus mengawal hasilnya, mengkritisi, dan berkontribusi dalam setiap kebijakan publik,” imbuhnya.
“Dari sinilah demokrasi yang substantif tumbuh,” tegas Aher yang juga Ketua Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI ini.