TODAYNEWS.ID – Pencarian korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama di Selat Bali memasuki hari keempat, Minggu (6/7). Data semantara masih ada 29 korban yang belum ditemukan.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno saat ini tim masih menunggu hasil data dari KRI Fanildo dan hidrografi terkait kebenaran bangkai TMP Tunu Pratama Jaya yang sebelumnya telah diketahui keberadan objeknya.
“Pertama, alhamdulillah kami sudah mendapat arahan dan mengevaluasi dari datum yang kemarin dengan menunggu hasil data dari kapal KRI Fanildo dan tim expert dari di hidrografi untuk menjadi lebih jelas lagi,” kata Eko di Banyuwangi, Minggu (6/7).
Sembari menunggu proses opah data, KRI Fanildo juga tengah menuju titik tenggelamnya kapal untuk menurunkan Remote Operation Vehicle (ROV), sebuah alat yang mampu menjangkau kedalam laut 1.000 meter di bawah permukaan laut.
“Tim penyelam juga sedang menyiapkan alat-peralatan dan kondisi mental mereka,” katanya
Kemudian, juga menyiapkan satu kapal tender yang sejenis dari KMP Tunu yang manakal nanti dilakukan penyelaman
“Kami juga harus menyiapkan satu kapal tender yaitu kapal jenis serupa dari KMP Tunu yang lain untuk sebagai kapal tender manakala kalau hari ini bisa kami lakukan penyelaman, kami akan lakukan dengan memperhatikan faktor safety lingkungan dan tidak mengganggu transportasi yang ada,” jelasnya.
Eko mengungkapkan berdasarkan data mentah, saat ini posisi bangkai kapal berada di 800 meter dari titik kecelakaan.
“Hasil penggambaran data mentah dari tim hidrografi hampir serupa sehingga mereka butuh kurang lebih ada 3 jam,”jelasnya.
Hingga hari keempat, korban hilang masih berjumlah 29 orang. Hal ini tidak menutup kemungkinan karena korban diduga tenggelam bersama kapal.
“Peluang itu bisa saja terjadi. Saya menyampaikan mungkin patut diduga. Saya belum bisa memastikan. Itu bisa pasti manakala observasi bawah air
dengan ROV sudah kami dapatkan,” katanya.
Kemungkinan itu bisa dipastikan ketika tim penyelam diterjunkan untuk melakukan pengecekan.
“Kami menurunkan penyelam, mengobservasi secara fisik langsung di palka-palka dan di benda barang yang ada di situ. Karena penyelam harus turun mengecek palka-palka dan ruangan-ruangan di dalam kapal tersebut,” katanya.
“Mohon mudah-mudahan tim ini bisa maksimal dari data, olah data dari tim hidrografi bisa secepat mungkin langsung kami evaluasi secara bersama baru kita putuskan operasi SAR harus kami lakukan,” tandasnya. (mcr23/jpnn
Tidak ada komentar