Pemkot Bandung ingatkan lonjakan kasus DBD. (Istimewa/todaynews.id) TODAYNEWS.ID – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandung menunjukkan tren penurunan yang konsisten sejak 2023 hingga 2025. Capaian tersebut menjadi hasil kerja bersama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan partisipasi aktif masyarakat.
Meski demikian, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengingatkan agar seluruh elemen warga tidak terlena dan tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi lonjakan kasus pada tahun-tahun mendatang.
Farhan menyebutkan, sepanjang tahun 2025, Kota Bandung berhasil mencatatkan nol kematian akibat DBD.
Capaian tersebut, patut disyukuri sebagai buah dari kedisiplinan warga dalam menjaga lingkungan dan respon cepat fasilitas kesehatan.
“Alhamdulillah, sejak 2023 sampai 2025 tren DBD di Kota Bandung terus menurun. Bahkan tahun ini tidak ada korban jiwa. Tapi justru di saat kondisi membaik, kita tidak boleh lengah,” ujar Farhan.
Ia menjelaskan, berdasarkan pola epidemiologi, penurunan kasus DBD yang berlangsung selama tiga tahun berturut-turut kerap diikuti dengan potensi peningkatan pada tahun keempat hingga keenam.
Oleh karena itu, periode 2026 hingga 2028 dipandang sebagai fase krusial yang perlu diantisipasi sejak dini.
“Kalau kita lengah, potensi kenaikan itu bisa terjadi. Kalau sudah naik, risikonya bukan hanya soal jumlah kasus, tapi juga ancaman keselamatan warga,” ungkapnya.
Farhan menekankan pentingnya peran pengurus RW sebagai garda terdepan dalam pengendalian DBD di lingkungan masing-masing.
Kehadiran seluruh ketua RW dalam kegiatan tersebut dinilainya sebagai modal penting untuk memperkuat koordinasi dan kesadaran kolektif.
Ia juga mengajak masyarakat menjadikan kewaspadaan terhadap DBD sebagai bagian dari budaya hidup sehari-hari, bukan sekadar respons saat terjadi kasus.
“Jangan menunggu ada warga yang sakit dulu. Pencegahan harus menjadi kebiasaan. Kalau semua warga disiplin, kita bisa menekan risiko sejak awal,” katanya.
Pemerintah Kota Bandung juga menghadirkan tenaga medis dari Dinas Kesehatan Kota Bandung untuk memberikan edukasi langsung kepada warga terkait deteksi dini dan pencegahan DBD.
Melalui penjelasan medis, warga diingatkan bahwa gejala DBD umumnya diawali dengan demam tinggi yang dapat naik-turun meskipun sudah mengonsumsi obat penurun panas.
Masyarakat diimbau segera mendatangi puskesmas apabila mengalami gejala tersebut, tanpa menunggu munculnya tanda bahaya seperti bintik merah, muntah berulang, atau perdarahan.
Pemeriksaan dini dinilai sangat penting untuk mencegah kondisi memburuk dan menghindari risiko kematian akibat DBD.
Selain deteksi dini, upaya pencegahan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kembali ditekankan sebagai langkah paling sederhana, murah, dan efektif.
Warga diajak konsisten menerapkan 3M, yakni menguras dan menyikat tempat penampungan air, menutup wadah air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Farhan menilai, fogging bukan solusi utama, melainkan langkah tambahan yang dilakukan dengan syarat dan prosedur tertentu apabila ditemukan kasus yang terkonfirmasi.
“DBD memang tidak bisa diberantas sepenuhnya, tapi bisa dikendalikan. Target kita jelas, jangan sampai ada korban jiwa. Itu tanggung jawab kita bersama,” pungkasnya.
Melalui penguatan peran warga, edukasi berkelanjutan, dan sinergi lintas sektor, Pemerintah Kota Bandung optimistis mampu menghadapi potensi tantangan DBD ke depan dengan lebih siap dan tangguh. ***