TODAYNEWS.ID – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, menjelaskan soal perhitungan kerugian dari praktik beras oplosan yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan besar terhadap 212 merek beras medium dan premium.
Sebagai informasi, sebelumnya Mentan Andi Amran menyebut total kerugian konsumen akibat 212 merek beras oplosan yang beredar di pasaran mencapai Rp99 triliun per tahun.
“Jadi ini kan kita mengambil sampel di 10 provinsi produksi beras terbesar seluruh Indonesia.
Ini kita mengambil sampel 268, dari 268 ada 212 tidak sesuai dengan mutu harga kemudian volume, tiga-tiga. Nah kemudian kita estimasi potensi kerugian, kerugian masyarakat itu 99 triliun, hampir 100 triliun,” ungkapnya kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (16/7/2025).
“Sederhananya gini deh, kalau beras biasa harganya Rp12.000-Rp13.000, terus
dijual Rp15.000, rugi nggak konsumen? Ya sudah, kali Rp3.000-Rp4.000 per total, itu data kita kali nilainya yang ditemukan potensi kerugian 9,9 triliun satu tahun,” tambahnya.
Menurutnya angka tersebut baru hitungan dalam satu tahun, namun jika itu terjadi selama bertahun-tahun maka total kerugian konsumen akan bertambah berkali-kali lipat dari angka yang disebutnya.
“Itu kalau satu tahun, kalau terjadi dua tahun, tiga tahun, Anda estimasi sendiri. Kalau kita estimasi katakanlah 1-2 tahun, apalagi 5 tahun, itu berarti lebih besar lagi,” ujarnya.
“Tetapi yang jelas merugikan masyarakat karena mereknya medium, mereknya premium, tapi isinya bukan premium, bukan medium,” lanjutnya.
Lebih lanjut, kata Mentan, pihaknya sudah bersurat kepada Kapolri dan Jaksa Agung memberikan data-data tersebut untuk kebutuhan penyelidikan lebih dalam terkait kasus beras oplosan yang merugikan masyarakat.
“Sekarang ini kami sudah menyurat ke Bapak Kapolri, juga menyurat ke Bapak Jaksa Agung, memberikan data-data ini,” pungkasnya.
Tidak ada komentar