x

Materi Geospasial Didorong Masuk Kurikulum Pendidikan, Legislator: Ini Bukan Pilihan, Tapi Kebutuhan

waktu baca 2 menit
Sabtu, 22 Nov 2025 23:40 1 Dhanis Iswara

TODAYNEWS.ID – Anggota DPR RI dari Fraksi PKS Ateng Sutisna, menilai rencana Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk mendorong masuknya materi geospasial ke dalam kurikulum pendidikan SD, SMP, hingga SMA merupakan sebuah terobosan baru strategis dalam dunia pendidikan Indonesia.

Menurutnya, kebijakan ini sangat relevan dengan konteks Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas dan kompleks secara geografis.

“Ini terobosan baru dalam pendidikan kita. Untuk negara seluas dan sekompleks Indonesia, pemahaman geospasial bukan lagi pilihan, tapi menjadi kebutuhan,” ujar Ateng kepada wartawan, pada Sabtu (22/11/2025).

Ia menegaskan bahwa wawasan geospasial bukan hanya soal mengenal peta, tetapi membangun kesadaran utuh mengenai ruang hidup bangsa.

“Dalam konteks Pulau Kalimantan, Timor, maupun Nugini, misalnya, Indonesia bukan satu–satunya negara yang berada di pulau tersebut. Pengetahuan demikian penting agar generasi muda memahami posisi strategis Indonesia dalam lanskap kawasan,” kata Ateng.

Ia juga menekankan bahwa tanpa pemahaman geografis yang memadai, anak-anak Indonesia berpotensi tumbuh menjadi generasi yang “buta peta” yang berarti tidak memahami luas wilayah negaranya, kekayaan sumber daya alam, maupun keragaman hayati dan budaya yang menjadi identitas bangsa.

“Jika anak-anak kita tidak paham peta, tidak tahu posisi wilayah, tidak paham seberapa luas negeri ini, maka hal Ini berbahaya. Padahal negara kita begitu kaya dan beragam,” ujarnya.

Kekhawatiran tersebut sejalan dengan pernyataan Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Informasi Geospasial (PPKIG) BIG, Ratna Sari Dewi, yang menyebutkan bahwa masih banyak siswa bahkan tidak mengetahui letak kota atau ibu kota provinsi tertentu.

“Ini alarm keras. Pendidikan geospasial dapat mengisi kekosongan itu,” tegasnya.

Menurutnya, kurikulum geospasial akan memberikan tiga manfaat besar bagi pendidikan Indonesia yakni meningkatkan pemahaman keruangan sejak dini, membentuk karakter generasi yang peduli dan bertanggung jawab terhadap tata ruang dan lingkungan hidup.

Dan Membangun identitas nasional melalui pemahaman tentang kekayaan alam, budaya, dan kesukuan dalam bingkai persatuan Indonesia.

Lebih lanjut, Ateng menjelaskan bahwa kurikulum geospasial berbeda dari pelajaran geografi yang sudah ada. Materinya lebih banyak berfokus pada aplikasi teknologi, seperti penginderaan jauh, pemetaan digital, dan penggunaan sistem informasi geografis (GIS).

Untuk itu, Ateng yang juga Anggota Komisi XII DPR ini optimistis bahwa teknologi tersebut justru akan membuat anak-anak semakin tertarik, sebagaimana pelajaran komputer yang awalnya sulit namun kini menjadi salah satu mata pelajaran paling diminati.

“Geospasial akan diminati seperti pembelajaran TIK karena belajar sambil menggunakan teknologi. Tantangan pasti ada, tapi jangan sampai itu membuat kita membiarkan mereka menjadi generasi yang tidak mengenal peta,” pungkasnya.

Pilkada & Pilpres

INSTAGRAM

3 hours ago
7 hours ago
7 hours ago
13 hours ago

LAINNYA
x
x