Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng. Foto: Humas Pemkot Semarang/todaynews.id TODAYNEWS.ID – Kota Semarang terus memperkuat ketahanan pangan sepanjang 2025 melalui intervensi cepat di lapangan untuk menjaga stabilitas harga, keamanan pangan, serta mengurangi food waste.
Langkah ini menjadi prioritas Kota Semarang karena laporan SKPG masih mencatat status waspada harga di sejumlah kecamatan.
Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng menjelaskan bahwa respons awal difokuskan pada daerah yang mengalami tekanan harga.
“Langkah Pemkot Semarang menangani status waspada harga pangan di Genuk dan Pedurungan dilakukan melalui Gerakan Pangan Murah dengan Kempling Semar dan Pak Rahman,” kata Agustina, Senin (24/11/2025).
Program ini digelar delapan titik di Kecamatan Genuk pada 25-28 November 2025 dan 19 November 2025, serta delapan titik di Kecamatan Pedurungan pada 10-13 November 2025.
Program Kempling Semar menjadi instrumen utama pengendalian harga pangan di Kota Semarang. Wali Kota pun menegaskan efektivitasnya.
“Program Kempling Semar menjangkau kelurahan hingga RW dan memotong rantai pasok sehingga harga lebih stabil,” tuturnya.
Sejak diluncurkan pada 10 Juli 2025 hingga 31 Oktober 2025, program ini telah hadir di 640 titik.
Lokasi operasional ditentukan berdasarkan tingkat kerentanan warga.
“Wilayah dengan jumlah warga kurang mampu menjadi prioritas, seperti Genuk pada November ini,” lanjutnya..
Selain stabilitas harga, Pemkot Semarang juga memperkuat aspek keamanan pangan sebagai bagian penting dari ketahanan pangan Kota Semarang.
Agustina menyampaikan bahwa capaian Kota Semarang bahkan melebihi target. “Capaian keamanan pangan post market 87,3 persen dan bila digabungkan dengan pre market menjadi 94,27 persen. Target 90 persen sudah terlampaui,” tegasnya.
Untuk menjaga konsistensi, pengawasan dilakukan melalui sejumlah program, antara lain Jempol Pak Kuat, MATA DEWA, Tim JKPD, kader Dermawan, serta pembentukan PASEMARANG di 34 pasar rakyat Kota Semarang.
Seluruh mekanisme tersebut menjadi bagian dari upaya memastikan pangan yang beredar aman dan layak konsumsi sepanjang 2025.
Isu food waste juga menjadi fokus dalam penguatan ketahanan pangan Kota Semarang.
Melalui Srikandi Pangan, program yang baru diluncurkan 19 Agustus 2025, Pemkot Semarang berupaya menekan tingginya sampah pangan di tingkat rumah tangga.
“Kegiatan ini berupa edukasi Gerakan Sayang Pangan dan pembentukan agen perubahan, dengan Ibu Rumah Tangga sebagai sasaran utama dan target penyelamatan pangan minimal 10 persen,” jelas Agustina.
Program jangka panjang ini diarahkan untuk menciptakan perubahan perilaku konsumsi masyarakat Kota Semarang agar tidak mudah membuang pangan.
Pemkot juga menyoroti dampak sosial ekonomi dari Kempling Semar. Dari sisi positif, intervensi ini membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok secara lebih mudah dan terjangkau.
Kempling Semar dinilai berperan signifikan dalam menjaga ketahanan pangan Kota Semarang karena mempermudah akses bahan pokok bagi keluarga berpendapatan rendah.
Namun kebijakan ini sempat memunculkan kekhawatiran dari pelaku usaha sekitar. Wali Kota pun memberikan pesan dinamika dampak tersebut.
“Kekhawatiran persaingan usaha dapat diatasi dengan melibatkan pelaku usaha lokal sebagai bagian kios pangan,” pesan Agustina Wilujeng.
Kolaborasi ini memastikan Kempling Semar tidak menghambat ekonomi lokal, tetapi justru memperkuat ekosistem distribusi pangan di Kota Semarang.
Seluruh langkah tersebut menjadi fondasi ketahanan pangan Kota Semarang sepanjang 2025.
Pemerintah Kota Semarang menekankan bahwa penguatan ketahanan pangan tidak hanya bergantung pada operasi pasar, tetapi juga pengawasan, edukasi, dan perubahan perilaku masyarakat.
Sementara, Kota Semarang menargetkan seluruh program berjalan terpadu hingga akhir 2025, seiring naiknya kebutuhan pangan menjelang 2026.
Dengan penguatan harga, keamanan pangan, dan pengurangan food waste, Kota Semarang menempatkan ketahanan pangan sebagai prioritas untuk menjaga stabilitas ekonomi warganya.
Wali Kota menegaskan bahwa Kota Semarang akan terus mengawal program pangan sebagai strategi jangka panjang menghadapi dinamika pasar dan kebutuhan masyarakat.
“Pemkot menargetkan Kota Semarang dapat mencapai kondisi ketahanan pangan yang semakin tangguh pada 2025 dan tahun-tahun berikutnya,” tutup Wali Kota.