Anggota Komisi IX DPR RI Neng Eem Marhamah. Foto: TODAYNEWS/DhanisTODAYNEWS.ID – Anggota Komisi IX DPR RI Neng Eem Marhamah Zulfa, meminta pemerintah segera mengambil langkah darurat untuk mencegah bertambahnya kasus stunting di wilayah terdampak bencana Sumatera.
Sebagai informasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan sedikitnya 13 anak mengalami stunting pascabencana banjir dan longsor.
Temuan ini pun menjadi peringatan serius terkait kondisi gizi anak-anak di lokasi pengungsian yang dinilai membutuhkan penanganan segera.
“Kami sangat prihatin dengan ditemukannya anak-anak terdampak bencana yang mengalami stunting,” kata Neng Eem di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
“Ini bisa menjadi fenomena gunung es, karena jumlah yang terdata kemungkinan lebih kecil dari kondisi sebenarnya di lapangan. Pemerintah harus segera melakukan penanganan cepat dan menyeluruh,” lanjutnya.
Menurut Neng Eem, stunting tidak hanya berdampak pada kesehatan jangka pendek, tetapi juga memengaruhi tumbuh kembang anak, kecerdasan, serta kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Padahal kata Politikus PKB itu, pemerintah menargetkan penurunan angka stunting secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan.
Ia pun menegaskan anak-anak merupakan kelompok paling rentan dalam situasi bencana, sehingga pemenuhan kebutuhan dasar mereka harus menjadi prioritas utama.
“Bantuan makanan khusus untuk bayi dan balita di pengungsian harus segera disalurkan. Kebutuhan gizi anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa, sehingga perlu perlakuan khusus” ujarnya.
Selain bantuan pangan bergizi, Neng Eem juga mendorong penguatan layanan kesehatan anak di lokasi pengungsian, termasuk pemantauan status gizi secara rutin, pendampingan bagi ibu, serta ketersediaan tenaga medis dan ahli gizi.
“Penanganan stunting dalam situasi bencana harus dilakukan secara terpadu, mulai dari pemenuhan gizi, layanan kesehatan, hingga perlindungan anak. Negara tidak boleh abai terhadap masa depan anak-anak,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, sulitnya akses menuju wilayah terdampak bencana masih menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan. Kondisi tersebut berdampak pada pemenuhan kebutuhan pangan di pengungsian, terutama bagi bayi dan balita.