TODAYNEWS.ID – Kericuhan demonstrasi yang melanda enam kabupaten/kota di Jawa Timur menyebabkan kerusakan fasilitas dengan nilai kerugian mencapai Rp124,25 miliar.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Jules Abast menjelaskan, angka tersebut masih bersifat sementara karena belum termasuk perhitungan kerusakan cagar budaya Gedung Negara Grahadi di Surabaya yang turut dibakar massa pada Sabtu malam (30/8).
“Untuk kerugian bangunan cagar budaya, perlu penghitungan lebih detail. Jadi estimasi Rp124,25 miliar ini hanya mencakup aset Polri, belum termasuk Grahadi,” kata Jules dalam konferensi pers di Mapolda Jatim, Senin malam (1/9).
Menurutnya, kerugian terbesar berasal dari perusakan aset kepolisian, seperti pos lantas, pos polisi, pos laka lantas, hingga kantor polsek dan polres. Kericuhan terjadi di enam daerah, yakni Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Kediri, Kabupaten Kediri, dan Sidoarjo.
Di Surabaya, tercatat 18 pos polisi mengalami kerusakan, termasuk Polsek Tegalsari—yang berstatus cagar budaya—serta Mapolrestabes Surabaya dan Mapolda Jatim. Bahkan, masjid di dalam Polsek Tegalsari yang biasa digunakan warga sekitar juga ikut dirusak dan dijarah.
Kerusuhan serupa terjadi di Kota Malang, dengan 12 pos lantas, Mapolres Malang Kota, pos Sabhara, kantor laka lantas, serta satu pos polisi ikut menjadi sasaran. Di Kabupaten Malang, perusakan menimpa Pos Lantas Kebon Agung, Polsek Pakisaji, Pos Pantau Kepanjen, dan Pos Lakalantas.
Di Sidoarjo, massa merusak habis Pos Polisi Waru. Sementara di Kota Kediri, aksi ricuh berpusat di Gedung DPRD. Tidak kalah parah, di Kabupaten Kediri massa menyerang Kantor Samsat Simpang 4 serta Polsek Kepung.
“Ini menunjukkan bahwa aksi anarkis tersebar di enam daerah di Jawa Timur dengan kerugian yang cukup besar,” tegas Jules.