x

Farhan: Bandung Harus Taat Tata Ruang Demi Kota Berkelanjutan

waktu baca 2 menit
Senin, 29 Sep 2025 21:30 2 Asep Awaludin

TODAYNEWS.ID – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan pentingnya kepatuhan pada tata kelola (compliance) untuk memastikan pembangunan Kota Bandung selaras dengan konsep ruang yang telah ditetapkan.

Hal itu diungkapkan Farhan saat menjadi pembicara utama dalam forum Architecture Without Walls (AWW) 2025 yang digelar Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Barat di Laswi Heritage.

Dalam paparannya yang bertajuk “Pengelolaan Penataan Ruang yang Berkelanjutan”, Farhan menyampaikan, Bandung telah memiliki delapan Sub Wilayah Kota (SWK) sebagai panduan pengembangan ruang. Namun, menurutnya, implementasi di lapangan kerap belum sepenuhnya konsisten.

“Kita punya konsep yang bagus di atas kertas, tapi apakah kita sudah setia menerapkannya di lapangan? Jangan sampai semua wilayah berubah jadi kawasan ruko tanpa arah,” kata Farhan.

Ia mencontohkan beberapa SWK, seperti Tegallega yang seharusnya menjadi simpul perdagangan dan jasa, namun justru muncul pembangunan taman bertema dinosaurus yang tidak sesuai rencana ruang.

“Sebagai warga asli Tegallega, saya pun tidak tahu mengapa harus ada dinosaurus di sana. Kita kehilangan cerita besar kawasan itu,” ujarnya.

Ia juga menyinggung Transit Oriented Development (TOD) untuk menghidupkan kembali simpul-simpul pergerakan kota, serta menyayangkan hilangnya sejumlah bangunan ikonik Gedung Premier di Cihampelas.

“Kita sering terjebak dalam glory of the past. Bandung dikenal sebagai galeri arsitektur, tapi kita harus berani membangun ikon baru yang visioner dan berkualitas,” katanya.

Farhan mengajak para arsitek untuk turut serta menjaga bangunan heritage kota, seperti Gedung Indonesia Menggugat, Rumah Inggit Garnasih, hingga Aula Barat ITB.

Di hadapan para arsitek, Farhan menyebut, pembangunan kota hijau dan ramah lingkungan bukan sekadar jargon. Ia menegaskan bahwa kunci keberhasilan terletak pada kepatuhan tata kelola.

“Visi apa pun tak akan berhasil tanpa kepatuhan. Saya belajar dari Lee Kuan Yew: kunci sukses Singapura adalah compliance, dimulai dari pemimpinnya sendiri,” ungkapnya.

Ia juga memaparkan kelanjutan dua program unggulan kota, yaitu Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) untuk pengelolaan sampah dan Buruan Sae (Urban Farming) yang terbukti membantu kestabilan harga cabai dan bawang merah sebagai komoditas inflasi psikologis.

Sebagai penutup, Farhan menuturkan, Bandung harus menjadi “laboratorium desain kota” yang memadukan kreativitas, sejarah, dan tata kelola yang konsisten.

“Saya berharap Bandung bisa melahirkan benchmark arsitektur baru yang membuat orang berkata: ‘Inilah galeri arsitektur Indonesia’, bukan hanya 50 tahun yang lalu, tapi juga untuk 50 tahun ke depan,” ungkapnya.

Acara AWW 2025 dihadiri ratusan arsitek, akademisi, dan pegiat tata kota ***

Post Views3 Total Count

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

    Pilkada & Pilpres

    INSTAGRAM

    1 day ago
    1 day ago
    1 day ago
    1 day ago

    LAINNYA
    x
    x