TODAYNEWS.ID – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memastikan semua jenis beras, mulai dari Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), premium, hingga khusus tetap tersedia di pasar tradisional maupun retail modern.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Ronny Ahmad Nurudin, saat meninjau Pasar Sederhana dan toko ritel Borma, Rabu (3/9/2025).
“Dari hasil monitoring kami, ketersediaan stok beras itu tersedia. Di pasar tradisional harga termurah ada di Rp13.500 dan yang termahal Rp18.000. Menurut informasi pedagang, saat ini sedang panen, sehingga stok akan semakin stabil,” ujar Ronny saat meninjau ketersediaan beras di Borma.
Ronny menyebutkan, beras program SPHP dari Bulog juga sudah masuk ke sejumlah pasar tradisional, seperti Pasar Kiaracondong, Gedebage, Sederhana, Ujungberung, Cibogo, Gegerkalong, dan Kosambi.
“Di retail juga tersedia SPHP sebagai alternatif masyarakat untuk berbelanja beras,” tambahnya.
Di Borma, beras SPHP sedang dalam proses distribusi dan diperkirakan sudah sampai dalam dua hari ke depan. Sedangkan beras premium maupun khusus tetap tersedia.
“Beras premium di Borma ada, alhamdulillah. Dari Bulog juga akan menambah ketersediaan di retail, dalam waktu dekat,” kata Ronny.
Ronny juga mengedukasi masyarakat tentang beras yang ada di pasaran.
Menurutnya, selain beras SPHP yang merupakan beras dari Bulog yang harganya lebih terjangkau dan menjadi alternatif bagi masyarakat. Ada juga beras premium, yang dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp74.500 per 5 kilogram.
Adapun beras khusus merupakan beras yang memiliki kandungan tambahan, misalnya vitamin atau varietas tertentu seperti pandan wangi, dimana harganya memang lebih mahal daripada beras premium.
“Untuk saat ini, beras premium di retail seperti Borma sudah tersedia. Kalaupun sebelumnya sempat ada kekosongan, itu lebih karena keterlambatan distribusi. Sekarang pasokan sudah kembali lancar, insyaallah akan terus ditambah oleh Bulog dan distributor,” jelas Ronny.
Ia menambahkan, apabila masyarakat tidak menemukan beras premium di retail modern, alternatif lainnya bisa membeli di pasar tradisional.
“Kualitas beras lokal yang berasal dari Sumedang, Subang, Cianjur, dan Soreang sangat bagus. Jadi kalau di retail sempat kosong, pasar tradisional bisa menjadi pilihan,” katanya.
Ronny pun mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong.
“Jangan khawatir, ketersediaan beras aman. Belanja sesuai kebutuhan saja, baik di retail maupun pasar tradisional,” pesannya.
Para pedagang di pasar pun mengakui stok beras masih aman. Rizki, pemilik Toko Beras Kiki di Pasar Sederhana, menyebut pasokan dari daerah tetap lancar.
“Alhamdulillah stok aman, kebanyakan dari Jawa. Paling murah Rp14.000 untuk beras lokal, paling mahal beras pandan wangi Rp18.000.” katanya.
Sementara itu, Surya dari Toko Beras Shaquena juga menegaskan, stok melimpah, termasuk beras SPHP.
“Beras kami jual paling murah Rp14–15 ribu, paling mahal Rp16 ribu. Stok banyak dari Sumedang, rasanya pulen dan enak. Harga stabil, tidak fluktuatif. Pembeli juga normal, tidak ada pengaruh kondisi demo,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan pemilik Toko Beras Rahayu. Menurutnya, harga di pasar masih terjangkau dengan kualitas bagus.
“Paling murah Rp14.000 untuk beras Cianjur, paling mahal Rp17.000 untuk beras Subang dan Soreang. Semua dijual eceran, jadi masyarakat bisa beli sesuai kebutuhan,” jelasnya.
Koordinator beras SPHP di Pasar Sederhana, Dadan memastikan pasokan terjaga karena sedang musim panen.
“Stok aman, ada dari Subang, Jatiwangi, Soreang, Sumedang. Paling murah Rp13.500, paling mahal Rp16.000 untuk pandan wangi. Sedangkan untuk beras SPHP yang dari Bulog kita jual sesuai HET, yaitu Rp. 62.500/5 kg, Kalau stok habis, kami ajukan ke Bulog lagi. Prosesnya mudah, syaratnya hanya NIB, KTP, nomor rekening, dan isi formulir,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ketua DPD Aprindo Jawa Barat, Yudi Hartanto menjelaskan, kekosongan beras di rak retail pada akhir pekan lalu semata-mata disebabkan keterlambatan distribusi.
“Hari Sabtu memang jarang ada pengiriman dari gudang ke toko. Akibatnya, di hari Minggu terlihat kosong. Tapi sejak Senin rak beras sudah kembali terisi,” jelas Yudi.
Untuk sementara, sejumlah retail masih membatasi pembelian maksimal dua kemasan per konsumen agar distribusi lebih merata.
“Kami harapkan setelah panen raya ini berakhir dan pasokan dari penggilingan lancar, pembelian bisa kembali normal,” katanya.
Menurut Yudi, beras premium tetap menjadi pilihan utama masyarakat dibanding beras khusus yang diperkaya vitamin atau memiliki keunggulan tertentu.
“Kalau premium memang lebih banyak dicari. Sedangkan beras khusus seperti pandan wangi Cianjur memang punya segmen tersendiri,” ucapnya.
“Kami berkomitmen menjaga ketersediaan agar masyarakat merasa tenang,” imbuhnya. ***