Analis Politik Citra Institute, Efriza. Foto: Dok PribadiTODAYNEWS.ID – Pengamat Politik Citra Institute Efriza menilai, keinginan Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi bergabung dengan Partai Gerindra disinyalir karena dirinya telah hilang kepercayaan terhadap mantan Presiden Jokowi.
Menurutnya, mantan Budi Arie memandang Jokowi tidak memiliki pengaruh di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Buktinya, dirinya didepak dari kabinet.
“Budi Arie sepertinya kecewa karena Jokowi dinilainya tak lagi punya pengaruh besar terhadap Prabowo maupun pemerintahannya, sehingga Budi Arie kena reshuffle,” kata Efriza kepada TODAYNEWS, Senin (17/11/2025).
Efriza menilai, Budi Arie merupakan politisi pragmatis. Ia mencontohkan, pada awal tahun 2019, Budi Arie hampir meninggalkan Jokowi karena bergabungnya Prabowo dalam kabinet kala itu.
“Jika melihat realitas peristiwa dirinya, Budi Arie adalah politisi pragmatis sekaligus ‘ambekan’. Misalnya, ia awal periode 2019 saja ingin meninggalkan Jokowi karena pemerintahan dibangun bersama dengan Prabowo yang merupakan rivalnya Jokowi di Pilpres,” bebernya.
“Kemudian ketika Jokowi memberikan kursi wakil menteri, langsung ia bersama Jokowi kembali. Begitu juga, ketika di-reshuffle, kasus unfollow dan follow Instagram Prabowo dilakukan oleh Budi Arie,” tambah Efriza mengungkapkan.
Budi Arie sebagai sosok loyalis Jokowi juga dinilai telah mengkhianati mantan Wali Kota Solo tersebut. Sebab itu, Efriza menyebut bahwa Budi Arie pragmatis dan tak punya pendirian.
“Jika dianggap Budi Arie loyalis Jokowi tetapi bersiap mengkhianati Jokowi, itu memang karakter dirinya yang pragmatis,” pungkasnya.
Maka dari itu, sikap Budi Arie yang menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Gerindra dan Prabowo dinilai sebagai sesuatu hal yang wajar.
“Sebab, memang yang mempunya kekuasaan adalah Prabowo sebagai presiden. Ini menunjukkan jika tak merapat ke Prabowo, karir politiknya akan tamat,” pungkasnya.