TODAYNEWS.ID – Selama periode Januari hingga Desember 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya mencatat sebanyak 12.096 kasus Tuberkulosis (TBC).
Angka ini berdasarkan data dari Surat Revisi Penyampaian Target yang dikeluarkan oleh Dinkes Provinsi Jawa Timur.
Kepala Dinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina menjelaskan bahwa jumlah tersebut mencakup sekitar 75 persen dari estimasi total kasus TBC di tahun 2024, yang diperkirakan mencapai 16.127 kasus.
“Kami masih memiliki pekerjaan besar karena capaian ini baru 75 persen dari estimasi. Maka, upaya pengendalian akan terus kami intensifkan,” ujar Nanik, Rabu (9/4).
Guna menekan penyebaran dan meningkatkan angka penemuan kasus, Dinkes Surabaya menggencarkan strategi lintas sektor.
Salah satunya melalui kegiatan investigasi kontak erat, dengan sasaran minimal delapan orang serumah, yang digalakkan lewat gerakan “Cak dan Ning”.
Selain itu, program skrining kesehatan juga terus dikembangkan, mencakup TBC-PTM (Penyakit Tidak Menular) dan TBC pada anak. Dinkes Surabaya bahkan telah menjalin kemitraan dengan Universitas Airlangga untuk memperkuat tata laksana penanganan TBC anak.
“Kami juga memperluas akses layanan dengan menjalin kerja sama melalui MoU dengan rumah sakit dan klinik, serta menyasar kelompok berisiko tinggi seperti penderita HIV, diabetes, anak dengan status gizi buruk, pasien ISPA, Covid-19, hingga calon jemaah haji,” jelasnya.
Upaya penguatan juga dilakukan di internal fasilitas kesehatan, dengan melibatkan semua poli terkait – mulai dari poli paru, anak, penyakit dalam, bedah, hingga layanan gawat darurat dan rawat inap.
“Langkah ini penting untuk menjaring lebih banyak kasus terduga TBC dan memastikan diagnosis serta pengobatan segera dilakukan. Kami juga terus mendorong sinergi layanan TBC-HIV, termasuk mewajibkan pasien TBC untuk mengetahui status HIV mereka,” imbuhnya.
Tak hanya itu, pendampingan dan dukungan sosial juga diperkuat demi menjaga kesinambungan pengobatan. Tim ahli klinis diterjunkan untuk mendampingi pasien yang belum memulai terapi, pasien mangkir, hingga pengawasan ketat terhadap pengobatan.
“Dinas Sosial Surabaya juga kami libatkan untuk penyediaan shelter bagi pasien, termasuk pemberian dukungan berupa makanan tambahan, tabung oksigen, sembako, dan kebutuhan lainnya. Tak lupa, peningkatan mutu layanan akan terus kami upayakan melalui akreditasi fasilitas kesehatan,” tutup Nanik.
Tidak ada komentar