Efriza, Dosen Ilmu Politik di Beberapa Kampus dan Owner Penerbitan. Foto: Dok Pribadi TODAYNEWS.ID – Satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dinilai masih terdapat bayang-bayang pengaruh Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Tak terkecuali, pada saat memasuki September 2025 yang di mana Prabowo mencoba untuk melepaskan pengaruh Jokowi dari pemerintahannya dengan me-reshuffle sejumlah kabinet yang diduga terafiliasi dengan Jokowi.
Analis politik Citra Institute Efriza mengatakan, sejak dilantik pada Oktober 2024 hingga Juli 2025, Prabowo dipandang masih solid bersama Jokowi untuk menguatkan masa-masa awal pemerintahannya.
“Namun September tepatnya menjelang satu tahun pemerintahannya Presiden Prabowo mulai berusaha keluar dari bayang-bayang pengaruh Jokowi,” kata Efriza kepada TODAYNEWS, Selasa (21/10/2025).
Tepat pada 20 Oktober 2025, Prabowo memimpin sidang kabinet paripurna bersama Gibran dan para kabinetnya. Efriza menilai langkah ini dilakukan untuk melakukan konsolidasi kekuasaan sekaligus peneguhan arah politik baru pasca era Jokowi.
Meski begitu, Efriza menilai bayang-bayang pengaruh Jokowi di dalam pemerintahan Prabowo masih belum sepenuhnya menghilang.
“Tetapi bayang-bayang Jokowi sampai satu tahun pemerintahan Prabowo harus diakui tidak benar-benar menghilang, karena pengaruh Jokowi masih cukup besar,” ujarnya.
Menurutnya, pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi membicarakan soal jajaran kabinet.
“Ditenggarai jika tidak ada pertemuan Jokowi dan Prabowo di akhir September maka kemungkinannya Prabowo mungkin saja melakukan reshuffle terhadap Mendagri Tito Karnavian dan Menkes Budi Gunadi Sadikin,” ucapnya.
“Tetapi kenyataannya Prabowo malah menambahkan wakil menteri di dua kementerian itu untuk membantu dan disinyalir mengawasi kinerja dua menteri yang dinilai publik loyal terhadap Jokowi,” tambah Efriza.
Sebab itu, Efriza memandang, pengaruh Jokowi di dalam Kabinet Merah Putih masih belum sepenuhnya hilang dan masih memiliki pengaruh besar.
“Ini yang disinyalir Prabowo masih belum sepenuhnya mandiri dalam menjalankan dan mengelola pemerintahannya,” pungkasnya.