Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas. Foto: IstimewaTODAYNEWES.ID – Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas, menyoroti sejumlah pernyataan dan perilaku para pejabat negara dalam merespons bencana yang terjadi di sejumlah daerah di Sumatera yang dinilai tidak patut untuk dilakukan dalam situasi yang tengah berduka.
Fernando, juga menyesali masih adanya para pejabat yang memanfaatkan bencana sebagai alat untuk mencari panggung politik dan pencitraan semata dalam bencana banjir dan tanah longsor di wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
“Masih ada saja pejabat negara memberikan pertunjukan yang tidak menarik tetapi menjengkelkan,” kata Fernando dalam pernyataan tertulisnya kepada TODAYNEWS, Kamis (4/12/2025).
Fernando mengatakan, bahwa ucapan Dirjen Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut Dwi Januanto Nugroho, semestinya tidak asal bicara mengenai kayu gelontongan yang terseret arus banjir bandang.
“Dirjen Gakkum Kemenhut Dwi Januanto Nugroho seharusnya tidak ngawur dan asal ngomong ketika memberikan komentar sehingga tidak menjadi sasaran cercaan dan hinaan,” ujarnya.
Pasalnya, kata Fernando pernyataan soal kayu gelontongan yang disebut-sebut bukan dari hasil pembalakan hutan itu terbantahkan dengan melihat kenyataan dilokasi bencana.
Selanjutnya, Fernando juga menilai ucapan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, dinilai tidak memiliki rasa empati dan menganggap bahwa bencana di wilayah Tapanuli tidak separah seperti yang tampak di media sosial.
“Sebaiknya Presiden segera mencopot Suharyanto dari posisinya karena dia tidak pantas mengemban posisi itu. Seharusnya posisi itu ditempati oleh sosok yang memiliki rasa empati tinggi seperti para pendahulunya,” sambungnya.
Selain itu, Fernando juga menyoroti adanya pertunjukan yang diperankan oleh Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, yang memikul beras saat mengunjungi korban bencana di Sumatera Barat.
“Pertunjukan yang tidak menarik dan cenderung membuat masyarakat bosan melihat gaya kepemimpinan dengan pencitraan,” timpal Fernando.
Terlebih Fernando menilai, Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu lebih pantas menjadi pemain sinetron ketimbang menjadi menteri di Kabinet Merah Putih.
“Tetapi saya melihat Zulkifli Hasan lebih cocok menjadi pemain sinetron dibandingkan menjadi Menko di Kabinet Merah Putih,” tuturnya.
Lebih jauh, Fernando juga menyoroti soal Bupati Aceh Tenggara Muhammad Salim Fakhry, yang memanfaatkan situasi bencana alam sebagai panggung politik dengan membuat pernyataan Prabowo Subianto pantas menjadi Presiden seumur hidup.
Selain itu Muhammad Salim Fakhry, juga menyampaikan bahwa pilihan politik warganya di pemilu 2024 lalu yang memilih Prabowo.
“Pernyataan tidak berkelas sebagai Kepala Daerah. Kalau saya jadi Prabowo Subianto, sudah kena tempeleng dia karena tidak tahu melihat situasi dan kondisi untuk memanfaatkan menjadi panggung politiknya,” tegas Fernando.
Untuk itu, Fernando meminta kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk melakukan pembinaan kepada Bupati Aceh Tenggara.
“Sebaiknya Kementerian Dalam Negeri melakukan pembinaan terhadap yang bersangkutan agar bisa menempatkan hati nuraninya dan tidak selalu memanfaatkan situasi untuk kepentingan politik,” pungkasnya.
Atas dasar fenomena tersebut, Fernando mengatakan bahwa situasi bencana yang baru-baru ini terjadi di sejumlah wilayah Sumatera telah menunjukkan sikap asli dari para pejabat negara saat ini.
“Situasi Bencana di Sumatera menunjukkan bagaimana sesungguhnya pemimpin dan pejabat negara kita. Mereka penikmat kekuasaan sehingga tidak memiliki empati dan hanya memikirkan untuk bisa mempertahankan kekuasaan dan jabatan,” sesal Fernando.
“Saya berharap masyarakat tidak gampang menjadi pelupa sehingga dengan mudahnya dimanfaatkan untuk kepentingan politik pada tahun 2029 yang akan datang,” kata Fernando menutup pernyataannya.