Petugas Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta mengoperasikan pompa mobile untuk mempercepat penanganan genangan di kawasan permukiman. Sejumlah unit kendaraan pompa dikerahkan untuk memastikan aliran air menuju saluran utama tetap lancar, sebagai bagian dari kesiapsiagaan menghadapi potensi cuaca ekstrem di ibu kota. (Foto: Istimewa)TODAYNEWS.ID – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) terus memperkuat berbagai langkah antisipatif sebagai bagian dari mitigasi banjir Jakarta di tengah potensi cuaca ekstrem. Upaya tersebut ditempuh melalui optimalisasi infrastruktur pengendali banjir, penyiagaan beragam sarana pendukung, hingga penguatan pemantauan langsung di lapangan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum, menegaskan bahwa seluruh jajaran SDA saat ini berada dalam kondisi kesiapsiagaan penuh menghadapi potensi hujan berintensitas tinggi. “Kami memastikan seluruh perangkat pengendalian banjir dapat berfungsi optimal, baik sebelum, saat, maupun setelah terjadi hujan intensitas tinggi. Mitigasi banjir adalah kerja kolaboratif yang membutuhkan kecepatan, ketepatan, dan kesiapan infrastruktur,” tandasnya.
Ika mengatakan, Pemprov DKI telah menyiagakan pompa stasioner dan pompa mobile agar dapat bekerja maksimal dalam menghadapi kemungkinan genangan di berbagai titik. Hingga 15 November 2025, tercatat:
Pompa mobile difungsikan untuk menjangkau titik-titik genangan yang tidak terlayani pompa stasioner, sehingga penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan fleksibel sesuai kebutuhan di lapangan.
Selain itu, pemeliharaan badan air juga dilakukan secara masif untuk memastikan kapasitas tampung dan aliran air tetap optimal. Dinas SDA telah melaksanakan pengerukan di sungai/kali serta waduk/situ/embung dengan total volume 756.000 m³, yang tersebar di 1.876 titik pengerukan:
Untuk mendukung pengerukan tersebut, SDA mengoperasikan 258 unit alat berat excavator dan 449 unit dump truck. Upaya itu turut disertai penerapan Nature-Based Solutions (NBS) dalam pembangunan sejumlah waduk, situ, dan embung, sehingga fungsi ekologis dan daya tampung air dapat berjalan beriringan.
Untuk kawasan pesisir, penanganan banjir rob dilakukan melalui penyiagaan pompa stasioner, pompa mobile, serta pintu air oleh Suku Dinas SDA Jakarta Utara. Rumah pompa dan pintu air yang disiagakan mencakup:
Tak hanya itu, sebanyak 3.908 personel Pasukan Biru turut disiagakan guna memantau kondisi lapangan, memastikan kelancaran aliran air, serta bertindak cepat jika terjadi genangan maupun banjir rob di wilayah-wilayah yang berpotensi terdampak.
Lebih lanjut Ika mengatakan, serangkaian langkah mitigasi ini diharapkan dapat menekan dampak banjir akibat cuaca ekstrem sekaligus menjaga aktivitas warga tetap berlangsung aman. Ia juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi genangan, terutama di wilayah rawan yang kerap terdampak pada musim hujan.
“Kami mengajak masyarakat tetap waspada dan mengikuti informasi resmi. Kesiapsiagaan masyarakat menjadi bagian penting dari upaya mitigasi bersama,” tuturnya.
Untuk informasi kondisi gelombang laut dan banjir rob, masyarakat dapat mengakses kanal resmi sebagai berikut:
Selain Dinas Sumber Daya Air, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga terus meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu genangan maupun banjir di wilayah ibu kota. Salah satu langkah antisipatif yang telah dilaksanakan adalah Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang digelar sejak awal November bersama BMKG dan TNI Angkatan Udara.
Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta, Isnawa Adji, menyampaikan bahwa OMC menjadi bagian penting dari rangkaian mitigasi bencana hidrometeorologi di Jakarta. Ia menegaskan bahwa pelaksanaan OMC periode awal November berjalan efektif, namun untuk saat ini belum ada rencana pelaksanaan OMC tambahan dalam beberapa hari ke depan, sambil menunggu hasil evaluasi cuaca harian dari BMKG.
“Kami terus memantau perkembangan cuaca bersama BMKG. BPBD akan bertindak cepat apabila potensi cuaca ekstrem meningkat,” ujar Isnawa.
OMC periode 5–10 November 2025 tercatat berlangsung selama enam hari dengan total 14 sortie penerbangan dan durasi 29 jam 24 menit, menggunakan pesawat Casa 212-400/A-2114 milik TNI AU. Selama operasi, telah disemai 11.200 kilogram NaCl untuk mengurangi potensi curah hujan yang dapat berdampak pada gangguan cuaca dan potensi banjir di Jabodetabek.
Berdasarkan evaluasi gabungan BPBD DKI Jakarta, BMKG, dan TNI AU, OMC pada periode tersebut mencapai pengurangan curah hujan sebesar 49,58% dari prediksi, sehingga menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi dalam menekan potensi hujan lebat.
Isnawa lebih lanjut mengatakan, BPBD DKI Jakarta juga menerjunkan 267 Petugas Penanganan Bencana (P2B) ke setiap kelurahan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya melindungi warga serta meminimalkan risiko kerugian akibat bencana. Selain itu, koordinasi dengan Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK), pengurus RT/RW, serta Tagana juga terus ditingkatkan untuk memastikan setiap wilayah siap menghadapi potensi cuaca ekstrem.
“Kami terus berkoordinasi lintas instansi untuk memastikan setiap langkah mitigasi berjalan optimal. Tujuan kami adalah menekan risiko genangan dan banjir, sekaligus menjaga keselamatan warga,” jelas Isnawa.