Bandung Sustainability Summit 2025. (Todaynews.id)TODAYNEWS.ID – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, meyakini pentingnya pembangunan yang berkelanjutan dan terukur bagi masa depan Kota Bandung.
Setiap langkah pembangunan harus memiliki arah keberlanjutan yang bersifat struktural, agar tidak berhenti hanya karena adanya pergantian pemimpin atau kebijakan.
Hal itu ia sampaikan dalam kegiatan Bandung Sustainability Summit 2025 yang digagas bersama Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Satu hal yang luar biasa adalah kita mulai sadar bahwa apapun yang dibuat di Kota Bandung ini harus berkelanjutan. Keberlanjutan itu harus bersifat struktural, sehingga siapapun nanti yang memimpin, konsep pembangunan tetap berjalan secara konsisten,” ujar Farhan.
Menurutnya, Bandung Sustainability Summit menjadi forum penting karena membahas keberlanjutan bukan hanya sebagai ide atau wacana, melainkan juga sebagai pengukuran yang nyata dan terukur.
“Sustainability itu tidak hanya jadi kesepakatan bersama, tapi juga harus jadi ukuran yang bisa dihitung. Kita mulai dulu dari sektor infrastruktur, karena ini fondasi dari banyak hal lainnya,” jelasnya.
Untuk itu, Farhan mengajak kalangan akademisi, terutama dari ITB, untuk menjadikan wilayah-wilayah di Kota Bandung sebagai living lab atau laboratorium hidup dalam pengembangan solusi berkelanjutan.
“Saya sekarang setiap hari berkantor di kelurahan lewat program Prakarsa Utama. Dari sana saya lihat, tiap RW punya permasalahan yang unik. Saya mengundang teman-teman akademisi untuk datang ke wilayah, bantu cari solusi. Dari 1.597 RW ini nanti kita jahit jadi sistem yang berkesinambungan,” tuturnya.
Ia mencontohkan, setiap wilayah di Bandung memiliki karakter geografis dan tantangan lingkungan yang berbeda.
Mulai dari Punclut di ketinggian sekitar 1.100 meter di atas permukaan laut, hingga Cimincrang yang berada di 680 MDPL, masing-masing memiliki karakter hidrometeorologi dan persoalan infrastruktur tersendiri.
“Ini yang menarik dari Bandung. Kondisi alam dan masyarakatnya beragam, jadi penyelesaiannya juga harus khas tapi tetap punya arah yang sama yaitu keberlanjutan,” tambah Farhan.
Hal tersebut juga berlaku untuk penanganan sampah di tiap kawasan. Farhan menjelaskan, setiap daerah memiliki karakter sampah berbeda, sehingga perlu penanganan yang tepat sesuai jenis dan sumbernya.
“Misalnya di kawasan Ciwastra dan Gedebage banyak sampah organik, sedangkan di Cigondewah lebih banyak limbah tekstil dan plastik. Semua itu harus diselesaikan dengan sistem yang berkelanjutan, bukan hanya solusi sesaat,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara menyebut, Bandung Sustainability Summit merupakan bentuk lanjutan dari semangat yang dulu melahirkan Konferensi Asia Afrika semangat kolaborasi dan ide besar dari Bandung untuk dunia.
“Dulu Bandung dikenal karena melahirkan semangat Asia Afrika. Sekarang kita ingin Bandung dikenal sebagai kota yang menghadirkan gagasan besar tentang keberlanjutan,” katanya.
Ia menyatakan, keberlanjutan tidak bisa hanya dikerjakan oleh satu pihak saja. Harus ada kerja sama antara akademisi, pemerintah, industri, masyarakat sipil, dan media.
“Inilah forumnya. Mudah-mudahan dari sini lahir rencana aksi nyata,” tuturnya.
Dengan semangat kolaborasi tersebut, Pemerintah Kota Bandung bersama ITB berharap Bandung Sustainability Summit 2025 menjadi titik awal menuju kota yang tangguh, adaptif, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.***