TODAYNEWS.ID – Kawasan Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, kini memiliki penanda baru berupa Monumen Ayam Jago.
Kehadiran monumen setinggi tujuh meter itu langsung disambut meriah oleh warga karena dianggap sebagai simbol perjuangan tokoh legendaris Surabaya, Joko Berek atau Raden Sawunggaling.
Camat Lakarsantri Yongky Kuspriyanto Wibowo menjelaskan monumen tersebut tidak hanya sekadar hiasan kota, tetapi sarat makna sejarah. Menurut kisah yang diwariskan para sesepuh, Sawunggaling adalah putra Adipati Jayengrono dari Kadipaten Surabaya.
Semasa muda ia dikenal gemar memelihara ayam aduan. Dari hobinya itulah muncul simbol “ayam jago” yang melekat pada sosoknya.
Yongky menuturkan, perjalanan Sawunggaling mencari jati diri hingga bertemu ayahnya penuh tantangan.
Dia sempat berhadapan dengan saudara tirinya, Sawungrana dan Sawungsari, dalam laga adu ayam hingga memanah.
Setelah membuktikan diri sebagai anak sah Jayengrono melalui kemenangan itu, ia diminta membersihkan hutan Wonokromo—wilayah yang kemudian berkembang menjadi cikal bakal Kota Surabaya.
“Simbol ayam di monumen ini mengingatkan bahwa Sawunggaling selalu membawa ayam ke mana pun ia pergi, dan ayam itu selalu menang dalam setiap pertarungan,” kata Yongky, Kamis (11/9).
Lokasi monumen dipilih di Jalan Raya Menganti, tak jauh dari kompleks makam Raden Sawunggaling. Keberadaannya diharapkan bisa memperkuat daya tarik wisata sejarah dan religi di kawasan Surabaya barat.
Permintaan pembangunan monumen ini sebenarnya sudah lama diajukan warga Lidah Wetan.
Ketua LPMK setempat, M. Andi Bocor, mengungkapkan bahwa jejak monumen ayam pernah berdiri di masa kolonial Belanda, namun kemudian hilang.
“Lewat napak tilas yang dilakukan warga ke Balai Kota, aspirasi itu akhirnya dipenuhi oleh Wali Kota Surabaya,” jelasnya.
Monumen baru yang dikerjakan seniman lokal Surabaya ini rampung hanya dalam waktu tiga minggu.
Bentuknya megah dan kokoh, jauh lebih besar dibanding versi lama yang pernah berdiri.
Andi menambahkan, keberadaan monumen bisa menjadi pintu masuk untuk menghidupkan kembali wisata seni budaya, edukasi, sekaligus religi di wilayah tersebut.
“Kalau dikembangkan dengan taman, parkir, dan ruang edukasi, kawasan ini bisa menjadi destinasi unggulan di Surabaya barat,” ujarnya.
Kini, Monumen Ayam Jago bukan hanya sekadar penanda jalan, melainkan lambang kebanggaan warga Lidah Wetan sekaligus pengingat sejarah lahirnya Kota Pahlawan.
Tidak ada komentar