Diduga Jadi Korban Bullying Saat MPLS, Siswa Baru SMPN Doko Blitar Alami Luka dan Trauma
waktu baca 2 menit
Senin, 21 Jul 2025 19:38 138 Pramitha
Caption: Ilustrasi (Foto: Pixabay)
TODAYNEWS.ID – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang seharusnya menjadi momen menyenangkan bagi siswa baru, justru berubah menjadi pengalaman traumatis bagi seorang pelajar SMP Negeri Doko, Kabupaten Blitar.
Seorang siswa kelas 7 berinisial WV (12), diduga menjadi korban kekerasan dan perundungan yang dilakukan oleh belasan siswa lain dari berbagai tingkat kelas. Insiden tersebut terjadi pada Jumat (18/7) pagi sekitar pukul 08.00 WIB di area belakang kamar mandi sekolah.
Kasatreskrim Polres Blitar, AKP Momon Suwito Pratomo, menjelaskan bahwa berdasarkan keterangan korban, peristiwa bermula saat WV dipanggil oleh sejumlah kakak kelas dan diajak menuju lokasi kejadian. Setibanya di sana, WV mendapati sekitar 20 siswa telah berkumpul dan mulai mengolok-oloknya secara verbal.
“Situasi memanas ketika salah satu siswa kelas 8 berinisial NTN tiba-tiba melakukan tindakan kekerasan fisik, yang kemudian diikuti oleh siswa lainnya. Aksi itu berubah menjadi pengeroyokan,” jelas AKP Momon, Senin (21/7).
Korban yang mengalami luka dan tekanan mental sempat tidak berani melapor karena mendapat ancaman. Namun, ia akhirnya memberanikan diri menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya.
Setelah mengetahui kondisi anaknya yang mengalami luka di bagian tubuh dan syok psikologis, pihak keluarga segera membuat laporan ke Polres Blitar.
“Orang tua korban melaporkan kejadian tersebut setelah mengetahui anaknya pulang dalam kondisi luka dan ketakutan,” imbuh Momon.
Polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara serta memintai keterangan dari korban, pelapor, dan dua guru yang menjadi saksi. Pemeriksaan medis menunjukkan WV mengalami luka di siku kanan, nyeri di bagian belakang kepala, serta nyeri dada.
Hingga saat ini, sebanyak 14 siswa telah diidentifikasi sebagai terduga pelaku, yang seluruhnya merupakan siswa aktif SMPN Doko dari kelas 7 hingga kelas 9.
Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman, menegaskan bahwa pihak kepolisian tidak akan mentoleransi bentuk kekerasan apa pun di lingkungan pendidikan.
“Lingkungan sekolah seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi tumbuh kembang anak. Kami mendorong semua pihak untuk lebih peduli dan saling mengawasi perilaku siswa,” tegasnya.
Kapolres juga menyatakan akan menggencarkan edukasi anti-kekerasan ke sekolah-sekolah sebagai upaya pencegahan.
“Penting bagi anak-anak untuk menyadari bahwa tindakan kekerasan bisa berdampak panjang pada kehidupan mereka dan orang lain. Pendidikan karakter dan pembinaan mental harus menjadi fokus utama di sekolah,” pungkasnya.
Tidak ada komentar